kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terlalu rumit, WHO beri nama baru untuk varian coronavirus


Selasa, 01 Juni 2021 / 08:49 WIB
Terlalu rumit, WHO beri nama baru untuk varian coronavirus
ILUSTRASI. Banyak yang mengkritik pemberian nama varian virus corona dengan sistem alfanumerik.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Banyak yang mengkritik pemberian nama varian virus corona dengan sistem alfanumerik. Kini, varian baru tersebut telah diberi huruf Alfabet Yunani. Ini merupakan upaya untuk menyederhanakan diskusi dan pengucapan sambil menghindari stigma.

Melansir Reuters, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan nama-nama baru pada hari Senin (31/5/2021) di tengah kritik bahwa nama yang diberikan oleh para ilmuwan seperti yang disebut untuk varian Afrika Selatan yang menggunakan banyak nama termasuk B.1.351, 501Y.V2 dan 20H / 501Y.V2 terlalu rumit.

Dengan demikian, keempat varian virus corona yang dianggap mengkhawatirkan oleh WHO tersebut dan dikenal umum oleh publik sebagai varian Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India kini telah diberi huruf Alpha, Beta, Gamma, Delta sesuai dengan urutannya. 

Jika ditemukan varian lain yang menarik, maka namanya akan diberikan sesuai urutan alfabet.

Baca Juga: Varian Covid-19 Vietnam lebih berbahaya, kombinasi varian India-Inggris

"Meskipun mereka memiliki kelebihan, nama ilmiah ini bisa sulit untuk diucapkan dan diingat, dan rentan salah pelaporan," kata WHO, menjelaskan keputusan tersebut.

Menurut bakteriolog Mark Pallen yang terlibat dalam pembicaraan, pilihan nama alfabet Yunani dipilih setelah berbulan-bulan pertimbangan dengan kemungkinan lain seperti Nama Dewa dan penemunya.

Namun, banyak yang sudah dipakai sebagai nama perusahaan, merek atau alien.

Baca Juga: Waduh, mutasi virus corona di Indonesia bisa menular 3 kali lipat lebih cepat

Usulan lain untuk menyebut varian yang menjadi perhatian sebagai VOC1, VOC2, dll. Namun usulan itu dibatalkan setelah pengucapannya menyerupai kata umpatan dalam bahasa Inggris.

Secara historis, virus sering dikaitkan dengan lokasi dari mana mereka dianggap muncul seperti Ebola yang dinamai dari nama sungai Kongo.

Tapi ini bisa merusak nama tempat dan seringkali tidak akurat seperti yang disebut pandemi 'flu Spanyol' tahun 1918 yang asal-usulnya tidak diketahui.

"Tidak ada negara yang harus distigmatisasi untuk mendeteksi dan melaporkan varian," kata ahli epidemiologi WHO Maria Van Kerkhove seperti yang dikutip Reuters.

Sebelum skema WHO yang baru, beberapa ilmuwan telah mengadopsi nomenklatur mereka sendiri yang disederhanakan untuk varian seperti makalah Februari menggunakan nama burung. Namun, hal itu dikritik dengan alasan bahwa hal tersebut dapat membahayakan burung dan oleh ibu dari seorang gadis bernama 'Robin'.

Selanjutnya: Dampak serangan jamur hitam di pasien Covid-19: Hidung menghitam hingga batuk darah




TERBARU

[X]
×