Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SEOUL. Hari ini (13/8), Bank of Korea memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuannya di rekor terendah, yakni 1,5%. Hal itu sesuai dengan prediksi 16 analis yang disurvei Bloomberg.
Bank of Korea mengambil kebijakan ini untuk mempertahankan kesehatan perekonomian mereka serta dampak dari devaluasi mata uang yuan.
Menurut BOK, penentu kebijakan di Seoul mencermati volatilitas di pasar finansial menyusul pelemahan yuan. Sebab, kebijakan tersebut juga menimbulkan ketidakpastian bagi ekonomi Korsel.
"Nilai tukar mata uang harus diputuskan berdasarkan suplai dan permintaan di pasar serta fundamental ekonomi. Kebijakan secara berlebihan ke satu arah tidak akan dilakukan," jelas Gubernur BOK Lee Ju Yeol.
Dia menambahkan, bank sentral sudah menyiapkan sejumlah skenario dan kebijakan untuk menghadapi volatilitas pasar finansial dan dampaknya terhadap perekonomian domestik. Sayang, Lee tidak menjelaskan lebih jauh mengenai hal ini.
"Cukup jelas bahwa BOK melihat langkah China sebagai risiko dari pertumbuhan ekonomi mereka. Kesempatan untuk memangkas suku bunga saat ini lebih terbuka dengan adanya devaluasi yuan," jelas Lee Sang Jae, ekonom Eugene Investment & Securities Co.
Meski demikian, rendahnya tingkat suku bunga acuan gagal mendongkrak ekspansi ekonomi di Korea, di mana Produk Domestik Bruto Korea hanya tumbuh 0,3% pada kuartal kedua. Sementara, tingkat ekspor terus mencatatkan penurunan setiap bulannya pada tahun ini.
Tidak hanya itu, tingkat utang melonjak lebih cepat dibanding pendapatan, di mana kucuran kredit perbankan ke rumah tangga melampaui 600 triliun won atau US$ 510 miliar pada bulan lalu.
Pasar menyambut baik keputusan BOK. Pada pukul 12.55 waktu Seoul, won Korea Selatan perkasa 1,4% menjadi 1.174,40 per dollar. Sejak akhir Juni lalu, won sudah melemah hingga 5% versus dollar, 3,6% versus yen Jepang, dan 1,9% versus yuan China.