Sumber: Bloomber | Editor: Dessy Rosalina
BANGKOK. Pamor ekonomi Asia boleh jadi benar-benar pudar. Coba lihat Thailand.Negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini harus rela mengalami pelambatan. Pemerintah Thailand memangkas pertumbuhan ekonomi (PDB) sepanjang tahun 2013 menjadi 3%.
Sebelumnya, Thailand optimistis bisa mencapai pertumbuhan 3,8%-4,3%. Penurunan target ini terpicu rapor buram di kuartal III. Pada periode Juli-September lalu, PDB Thailand tumbuh 2,7% jika dibandingkan tahun kuartal III 2012.
Namun, jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, PDB Thailand melambat dari kuartal II 2013 yang tumbuh 2,9%. Pemicu pesimistis Thailand adalah pelambatan ekspor. Badan Pembangunan Sosial&Ekonomi Nasional (NESDB) memprediksi, ekspor tidak bakal bertumbuh alias stagnan di sepanjang tahun 2013.
Awalnya, Thailand meyakini ekspor mampu tumbuh 5%. NESDB menyatakan, pelambatan ekspor dipicu oleh rendahnya tingkat produksi mobil. Tahun ini, produksi mobil diperkirakan kurang dari target yang dipatok sebanyak 2,5 juta unit. "Dari domestik, selesainya masa insentif pemerintah terhadap pembelian mobil pertama akan memengaruhi permintaan," ujar NESDB, seperti dikutip The Washington Post, kemarin.
Saat ini, Thailand menjadi basis produksi sejumlah perusahaan otomotif. Misalnya, General Motors Co dan Toyota Motor Corp.
Selain ekspor, penurunan daya beli membayangi potret ekonomi Negeri Gajah Putih. Di kuartal III 2013, konsumsi rumah tangga Thailand menurun 1,2% dibandingkan tahun lalu.
Pesimistis di tahun 2014
Selanjutnya, tingkat investasi publik juga anjlok 16,2%. Pemicu terbesar adalah rendahnya belanja pemerintah di proyek konstruksi. Thailand juga menatap tahun 2014 dengan pesimistis. Tahun depan, Thailand memasang target pertumbuhan moderat sebesar 4%-5%.
Yingluck Shinawatra, Perdana Menteri (PM) Thailand berencana menggenjot daya beli dalam negeri lewat belanja infrastruktur sebesar THB 2 triliun atau US$ 63 miliar. Di Oktober, tingkat kepercayaan konsumen anjlok ke level terendah selama 20 bulan terakhir.
Penyebabnya, gejolak politik terkait rancangan undang-undang (RUU) tentang amnesti bagi tahanan politik, semisal Thaksin Shinawatra. “Kepercayaan konsumen masih akan rendah hingga akhir tahun. Permintaan eksternal penting di tahun 2014," ujar Gundy Cahyadi, Ekonom DBS Group Holdings Ltd, mengutip Bloomberg.