Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Para pejabat The Federal Reserve sepertinya satu suara mengenai bagaimana mereka berencana untuk mengungkapkan stimulus raksasa yang diimplementasikan saat terjadi krisis finansial.
The Fed memegang portofolio senilai US$ 4,5 triliun, yang dikenal dengan balance sheet atau neraca keuangan, yang mayoritas terdiri dari utang pemerintah yang terakumulasi pada tahun-tahun pasca krisis. Hingga sekarang, bank sentral masih menerima hasil dari obligasi yang sudah jatuh tempo dan menginvestasikannya kembali di sejumlah obligasi.
Dalam beberapa hari terakhir, pejabat The Fed mengindikasikan bahwa balance sheet akan dibuka, dan sepertinya akan dimulai pada akhir tahun. Hal ini menimbulkan tanda tanya dari investor mengenai bagaimana prosesnya akan bekerja dan dampak ke depannya.
Berdasarkan hasil rekapan notulensi The Fed yang dirilis Rabu (24/5) dari rapat Federal Open Committee pada awal bulan ini, bank sentral melihat adanya sistem di mana akan diumumkan sebuah batasan atas (cap) seberapa besar dana yang dikucurkan setiap bulan tanpa diinvestasikan kembali. Setiap dana pembayaran yang nilainya melampaui batas atas akan diinvestasikan lagi.
Proses ini sama dengan proses tapering pada program pembelian obligasi yang dikenal dengan sebutan quantitative easing. Pada kasus itu, the Fed mengumumkan pengurangan pembelian obligasi secara bertahap setiap bulan. Sedangkan pada kasus ini, The Fed akan mengumumkan level dari obligasi yang diperbolehkan untuk dirilis.
Hasil notulensi rapat juga menunjukkan, cap yang ditetapkan akan berada di level rendah, baru kemudian dinaikkan setiap tiga bulan. Selain itu, level cap akan mencapai batasan yang akan didisain untuk menurunkan neraca keuangan ke level tertentu, mungkin sekitar US$ 2,5 triliun.
"Hampir seluruh petinggi The Fed mengekspresikan pandangan setuju atas pendekatan ini," demikian tertulis dalam notulensi The Fed.
The Fed sudah menggunakan neraca keuangan untuk menahan suku bunga agar tetap rendah dan perekonomian mampu bergerak naik sejak krisis terjadi. Dengan membeli obligasi, The Fed menyediakan permintaan yang menekan tingkat yield. Dengan mempertahankan neraca keuangan tetap besar, hal ini membantu mencegah banjirnya obligasi di market yang dapat mendorong kenaikan yield dan mendongkrak biaya pinjaman. Sebagai tambahan, kenaikan pasar saham setelah krisis terjadi beriringan dengan pertumbuhan neraca keuangan the Fed.
Para pengamat The Fed mencemaskan, proses tersebut -jika tidak dilakukan dengan benar- akan mengganggu dan mendorong suku bunga secara tidak terduga.
Proses ini dilakukan seiring langkah bertahap The Fed untuk melakukan normalisasi atas suku bunga acuan. Bank sentral sudah menetapkan suku bunga mendekati nol saat krisis, namun sudah menaikkan tiga kali kenaikan suku bunga sejak saat itu.
Meskipun the Fed memilih untuk tidak menaikkan suku bunga pada bulan ini, hal tersebut mengindikasikan besarnya kemungkinan kenaikan suku bunga pada Juni.