Sumber: Fox Business | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya pada kisaran 4,25% hingga 4,5% setelah rapat kebijakan moneter bulan Juni.
Keputusan ini menegaskan sikap hati-hati para pengambil kebijakan di tengah ketidakpastian ekonomi global, terutama terkait inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja.
Inflasi Masih Tinggi, Pasar Tenaga Kerja Tetap Kuat
Dalam pernyataannya, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menyebutkan bahwa meskipun ekspor-impor bergejolak, aktivitas ekonomi AS tetap tumbuh pada laju yang solid. Tingkat pengangguran juga masih rendah, mencerminkan kekuatan pasar tenaga kerja, meski inflasi disebut "masih agak tinggi."
Ketidakpastian terhadap prospek ekonomi memang telah berkurang, namun masih berada pada level tinggi. FOMC menyatakan tetap fokus pada dua mandat utamanya, yakni menjaga stabilitas harga dan memastikan lapangan kerja maksimal dengan target inflasi jangka panjang sebesar 2%.
Baca Juga: Trump Sebut Jerome Powell 'Bodoh' dan Ingin Pimpin The Fed Sendiri
Proyeksi Ekonomi: Dua Pemotongan Suku Bunga di 2025
Bersamaan dengan keputusan suku bunga, FOMC juga merilis proyeksi ekonomi dalam bentuk dot plot:
-
Dua kali pemotongan suku bunga diperkirakan terjadi di 2025, diikuti masing-masing satu kali pemotongan pada 2026 dan 2027.
-
Inflasi PCE diperkirakan naik menjadi 3% tahun ini, sebelum turun menjadi 2,4% pada 2026 dan 2,1% di 2027.
-
PDB riil AS diperkirakan melambat menjadi 1,4% di 2025, lalu naik ke 1,6% (2026) dan 1,8% (2027).
-
Pengangguran diperkirakan naik ke 4,5% pada 2025–2026 sebelum sedikit menurun ke 4,4% di 2027.
Powell: “Ekonomi dalam Posisi Kuat, Tapi Tarif Berpotensi Dorong Inflasi”
Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan bahwa meski ketidakpastian tetap ada, ekonomi AS masih dalam kondisi yang solid, dengan inflasi yang menurun namun belum sesuai target. Ia menekankan bahwa sikap kebijakan saat ini memberi fleksibilitas untuk merespons perkembangan ekonomi secara tepat waktu.
Baca Juga: The Fed dan BI Tahan Suku Bunga, IHSG Berpotensi Melemah Kembali
Terkait kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang kembali diberlakukan tahun ini, Powell menyatakan bahwa kenaikan harga akibat tarif bisa bersifat sementara maupun persisten tergantung pada seberapa besar dan cepat tarif tersebut berdampak terhadap harga konsumen.
"Sebagian besar perusahaan kemungkinan besar akan meneruskan sebagian atau seluruh beban tarif ke konsumen akhir," ungkap Powell. Namun ia juga menambahkan bahwa dampaknya belum sepenuhnya tercermin dalam data inflasi saat ini, karena proses distribusi dari barang impor yang belum dikenai tarif masih berlangsung.
Kritik Trump dan Independensi The Fed
Presiden Trump kembali melontarkan kritik terhadap Powell, menyebutnya sebagai “orang bodoh” karena tidak menurunkan suku bunga. Namun Powell menolak mengomentari pernyataan tersebut dan menegaskan fokusnya adalah pada stabilitas ekonomi dan kebijakan moneter, bukan politik.
"Saya tidak fokus apakah saya akan diangkat kembali atau tidak," ujarnya, merujuk pada spekulasi bahwa Trump kemungkinan besar tidak akan memperpanjang masa jabatannya sebagai Ketua The Fed.
Baca Juga: The Fed dan BI Kompak Menahan Suku Bunga, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
Pasar Reaksi dan Prospek Suku Bunga ke Depan
Pasar keuangan merespons keputusan ini dengan kenaikan peluang bahwa The Fed akan kembali menahan suku bunga pada pertemuan bulan Juli, dari 83% menjadi 89% menurut CME FedWatch Tool. Namun, kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September naik dari 53% menjadi lebih dari 61%.
Menurut Kepala Ekonom Bank Comerica, Bill Adams, FOMC masih membuka peluang pemotongan suku bunga tahun ini, meski keyakinannya menurun setelah kenaikan tarif pada April dan meletusnya konflik Israel-Iran.
Ekonom senior Indeed Hiring Lab, Cory Stahle, menilai bahwa pendekatan The Fed yang “wait and see” mencerminkan pandangan bahwa ketidakpastian ekonomi masih tinggi meskipun pasar tenaga kerja cukup stabil.
Pertemuan kebijakan moneter The Fed selanjutnya dijadwalkan berlangsung pada 29–30 Juli 2025