Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan kritik tajam terhadap Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, dengan menyebutnya sebagai “bodoh”.
Pernyataan ini muncul beberapa jam sebelum pengumuman kebijakan suku bunga oleh Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu (waktu setempat).
Trump Sindir Powell, Ingin Angkat Diri ke The Fed
Mengutip News18, dalam pernyataannya, Trump mengatakan, “Kita memiliki orang bodoh di The Fed. Dia mungkin tidak akan memangkas suku bunga hari ini… Mungkin saya harus ke The Fed. Apakah saya boleh mengangkat diri sendiri ke sana?”
Baca Juga: TikTok Masih Aman di AS! Trump Perpanjang Batas Waktu hingga September 2025
Trump bahkan menuduh Powell bersikap pribadi terhadapnya: “Saya rasa dia bahkan bukan orang yang politis. Saya pikir dia membenci saya.” Komentar ini memperpanjang ketegangan antara Trump dan Powell, yang telah berlangsung sejak masa jabatan pertama Trump.
The Fed Tahan Suku Bunga di Kisaran 4,25%–4,50%
Meski mendapat tekanan verbal dari Trump, The Fed tetap menahan suku bunga acuan di level 4,25% hingga 4,50%, menandai pertemuan keempat berturut-turut tanpa perubahan. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Dalam pernyataan resminya, FOMC menyebut bahwa aktivitas ekonomi AS “terus berkembang dengan laju yang solid”, tingkat pengangguran tetap rendah, dan inflasi masih “sedikit tinggi”. The Fed juga menegaskan kembali komitmennya untuk mencapai lapangan kerja maksimal dan inflasi jangka panjang sebesar 2%.
Baca Juga: Trump Sindir Powell, Isyaratkan Ingin Pimpin The Fed Sendiri
Proyeksi Pemangkasan Suku Bunga Masih Ada, Tapi Terbelah
Meski suku bunga belum dipotong, proyeksi internal The Fed masih menunjukkan kemungkinan dua kali penurunan suku bunga pada akhir 2025. Namun, terdapat perbedaan pandangan di antara pejabat bank sentral: tujuh pejabat kini memperkirakan tidak akan ada pemangkasan sama sekali pada 2025, meningkat dari empat pejabat pada Maret lalu.
Keputusan The Fed ini diambil di tengah ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampak dari kebijakan tarif tinggi yang diusung Trump dan konflik geopolitik seperti perang antara Israel dan Iran. Para analis menilai bahwa The Fed memilih bersikap hati-hati untuk menyeimbangkan tekanan inflasi domestik dengan risiko global.