Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada Rabu (18/6).
Meski tetap membuka ruang untuk menurunkan suku bunga sebanyak dua kali tahun ini, The Fed memperlambat proyeksi pelonggaran moneter pada 2026 dan 2027 seiring dengan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi akibat rencana tarif dari pemerintahan Presiden Donald Trump.
Baca Juga: Trump Sindir Powell, Isyaratkan Ingin Pimpin The Fed Sendiri
Dalam proyeksi ekonomi terbarunya, The Fed menggambarkan kondisi ekonomi AS yang cenderung stagflasi, dengan pertumbuhan melambat menjadi 1,4% tahun ini, tingkat pengangguran naik ke 4,5% di akhir tahun, dan inflasi yang tetap tinggi hingga 3% pada 2025.
Meski The Fed tetap memperkirakan akan memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin (bps) tahun ini sesuai dengan proyeksi Maret dan Desember lalu, laju pemangkasan tersebut diperlambat.
Pada 2026 dan 2027, diperkirakan hanya akan ada masing-masing satu kali pemangkasan sebesar 25 bps, mencerminkan pertarungan jangka panjang untuk menurunkan inflasi menuju target 2%.
Dalam proyeksi terbaru itu, inflasi diperkirakan tetap tinggi di 2,4% hingga 2026, dan baru akan turun ke 2,1% pada 2027, sementara tingkat pengangguran diperkirakan stabil.
Baca Juga: The Fed Diperkirakan Tahan Suku Bunga, Dibayangi Ketidakpastian Geopolitik & Tarif AS
“Ketidakpastian terhadap prospek ekonomi telah menurun, namun masih tetap tinggi,” tulis The Fed dalam pernyataan kebijakan terbarunya.
Ini merupakan revisi dari pernyataan bulan Mei lalu yang menyebut bahwa risiko inflasi dan pengangguran sama-sama meningkat.
Hasil proyeksi ini mencerminkan penilaian terbaru The Fed terhadap dampak kebijakan ekonomi Trump, termasuk rencana kenaikan tarif yang dinilai akan mengerek inflasi dalam waktu dekat.
Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan turun dari 1,7% (proyeksi Maret) menjadi 1,4%, sedangkan tingkat pengangguran naik dari 4,4% menjadi 4,5% di akhir 2025. Adapun data Mei 2025 mencatat pengangguran berada di 4,2%.
Namun demikian, The Fed tetap menyatakan bahwa “tingkat pengangguran masih rendah dan kondisi pasar tenaga kerja tetap solid.”
Pernyataan itu disepakati secara bulat oleh para pembuat kebijakan.
Baca Juga: Wall Street Menguat Tipis Rabu (18/6), Menjelang Keputusan Suku Bunga The Fed
Menariknya, The Fed tidak menyinggung konflik baru antara Israel dan Iran, serta risiko yang ditimbulkannya terhadap harga minyak global dan pasar keuangan lainnya.
Reaksi pasar pun cukup tenang. Indeks saham utama AS tidak banyak berubah setelah rilis kebijakan ini.
Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun sedikit turun, dan pasar tetap menilai rapat FOMC pada 16–17 September sebagai waktu yang paling mungkin untuk pemangkasan suku bunga pertama.
Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan memberikan keterangan pers untuk menjelaskan keputusan dan proyeksi tersebut.
Trump Desak Pemangkasan Bunga
Sementara itu, saat The Fed menggelar rapat kebijakannya, Presiden Trump kembali melontarkan kritik terhadap Jerome Powell.
Ia menyebut Powell "bodoh" dan mendesak agar suku bunga segera dipotong setengahnya, sebuah langkah ekstrem yang biasanya hanya diambil dalam kondisi krisis berat.
Bahkan, Trump kembali melempar wacana untuk menunjuk dirinya sendiri sebagai Ketua The Fed.
Saat ini, suku bunga The Fed berada pada kisaran 4,25%–4,50% sejak Desember lalu.
Para pembuat kebijakan masih enggan memberi sinyal waktu pasti pelonggaran berikutnya, mengingat volatilitas kebijakan perdagangan AS dan ketidakpastian seputar dampak tarif baru terhadap konsumen, importir, dan negara-negara produsen.