Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali melancarkan kritik terhadap bank sentral AS, hanya beberapa jam setelah para pejabat Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, meskipun Trump secara terbuka meminta pemotongan suku bunga.
Dalam unggahan di media sosial, Trump menuduh The Fed dan ketuanya, Jerome Powell, salah mengelola perekonomian. Ia menyatakan bahwa mereka gagal mengatasi masalah yang mereka ciptakan sendiri dengan inflasi.
The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan bulan Januari, Rabu lalu, dalam kisaran 4,25% hingga 4,5%, setelah serangkaian pemotongan yang dilakukan pada akhir tahun lalu.
Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Powell Bilang Tidak Ada Unsur Politis
Powell menyatakan bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk melakukan pemotongan lebih lanjut, mengingat masih adanya ketidakpastian yang signifikan mengenai arah perekonomian.
Sementara itu, Trump menjanjikan perubahan besar dalam kebijakan ekonomi AS, termasuk pengenaan tarif tinggi, deportasi massal imigran ilegal, serta pemotongan pajak dan regulasi dalam skala besar.
Sejumlah ekonom memperingatkan bahwa beberapa kebijakan tersebut dapat memberikan tekanan inflasi dalam jangka pendek. Powell juga mengungkapkan bahwa kekhawatiran serupa dirasakan oleh beberapa pejabat di The Fed.
Howard Lutnick, calon pilihan Trump untuk memimpin Departemen Perdagangan, membela rencana tarif yang diajukan dan menepis kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap harga dalam sidang pencalonannya pada Kamis lalu.
Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Powell Beri Sinyal Pemangkasan di September 2024
Namun, Powell menegaskan bahwa para pejabat The Fed masih belum memiliki gambaran yang jelas mengenai dampak kebijakan tersebut. "Komite masih dalam posisi menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut," ujarnya dalam konferensi pers terkait keputusan suku bunga.
The Fed secara signifikan menaikkan suku bunga sejak 2022 guna menekan lonjakan harga yang meningkat dengan laju tercepat dalam beberapa dekade terakhir. Inflasi, atau tingkat kenaikan harga, telah turun menjadi 2,9% pada Desember lalu, tetapi masih di atas target The Fed sebesar 2%.
Dalam kampanyenya, Trump menyerukan pemangkasan suku bunga untuk meringankan beban peminjam. Hal ini memicu perdebatan mengenai apakah ia akan tetap menghormati independensi The Fed, yang bertujuan menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang dan bebas dari pengaruh politik.
Powell menegaskan bahwa ia tidak memiliki kontak dengan Trump dan bahwa keputusan suku bunga tetap berdasarkan data ekonomi.
Baca Juga: Wall Street Melemah pada Rabu (29/1) Setelah The Fed Menahan Suku Bunga
Meski demikian, pertanyaan mengenai bagaimana The Fed menangani perintah baru dari Gedung Putih terkait pembatalan program keberagaman serta keputusannya untuk keluar dari kelompok bank sentral global yang fokus pada risiko perubahan iklim terhadap sistem keuangan menunjukkan tantangan yang akan dihadapi The Fed dalam menjaga independensinya dari tekanan politik.
Powell menyatakan bahwa The Fed masih mengkaji perintah presiden dan menambahkan bahwa kelompok bank sentral global tersebut telah memperluas fokus ke isu-isu yang terlalu jauh dari mandat The Fed.
"Saya menyadari bagaimana hal ini tampak di mata publik, tetapi keputusan ini sebenarnya tidak didasarkan pada pertimbangan politik," ujarnya.