Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 0,25% pada pertemuan yang berlangsung dua hari, Rabu (20/12).
Meski langkah ini sudah diantisipasi pasar, pernyataan Ketua Fed, Jerome Powell, yang menekankan perlunya kehati-hatian ke depan, mengejutkan Wall Street.
Komentar ini memicu penurunan tajam saham, kenaikan imbal hasil obligasi, serta revisi ekspektasi investor terhadap penurunan suku bunga di tahun mendatang.
Fase Baru Kebijakan Moneter
Powell menyatakan bahwa bank sentral memasuki fase baru dalam kebijakan moneternya, di mana langkah-langkah selanjutnya akan bergantung pada kemajuan yang dicapai dalam menurunkan inflasi yang tetap tinggi.
Baca Juga: Pernyataan FOMC Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) 18 Desember 2024
"Kami berada di tempat yang baik, tetapi dari sini kami akan berhati-hati dalam melakukan pemotongan lebih lanjut," ujar Powell dalam konferensi pers.
Sikap ini muncul setelah data menunjukkan inflasi menunjukkan perbaikan sejak puncaknya di tahun 2022, tetapi bergerak "mendatar" dalam beberapa bulan terakhir, terutama pada komponen biaya tempat tinggal yang lebih lambat dari ekspektasi Fed.
Ketidakpastian Era Trump: Tantangan Baru Kebijakan Fed
Janji kebijakan Presiden-terpilih Donald Trump, seperti tarif yang lebih tinggi, pemotongan pajak, dan kebijakan imigrasi yang lebih ketat, mulai memengaruhi proyeksi ekonomi Fed.
Powell mengakui bahwa para pembuat kebijakan telah mulai memasukkan efek awal dari kebijakan Trump ke dalam perhitungan mereka.
Proyeksi baru Fed menunjukkan inflasi inti yang diukur dengan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (core PCE) diperkirakan tetap di 2,5% hingga 2025. Angka ini lebih rendah dari tahun ini (2,8%) tetapi masih jauh di atas target Fed sebesar 2%.
Baca Juga: Harga Emas Ambles Usai The Fed Isyaratkan Perlambatan Pemangkasan Suku Bunga
Powell juga mencatat bahwa tarif dan kebijakan ekonomi lainnya dapat memengaruhi inflasi, meskipun efeknya masih sulit diprediksi. "Sangat prematur untuk menyimpulkan apa pun," katanya.
Proyeksi Baru: Penurunan Suku Bunga Lebih Lambat
Dalam langkah yang mencerminkan perubahan pandangan terhadap risiko inflasi dan ketidakpastian, Fed memperkirakan hanya akan melakukan dua kali pemotongan suku bunga sebesar 0,25% hingga akhir 2025.
Proyeksi ini turun dari tiga pemotongan yang diprediksi pada September. Tingkat suku bunga terminal diperkirakan mencapai 3,1% pada 2027, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,9%.
Keputusan ini mendapat satu suara dissent dari Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack, yang lebih memilih mempertahankan suku bunga. Powell juga menyebut bahwa keputusan untuk menurunkan suku bunga menjadi 4,25%-4,50% kali ini adalah "keputusan yang lebih sulit" dibandingkan dengan ekspektasi pasar.
Baca Juga: Bitcoin Berpeluang Tembus Rekor Baru ke Level US$ 110.000
Implikasi untuk Pemerintahan Trump
Ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan kebijakan moneter yang lebih ketat dapat menantang janji Trump untuk menurunkan harga konsumen.
Suku bunga yang tetap tinggi juga diperkirakan membatasi kemampuan konsumen untuk memanfaatkan kredit, termasuk dalam sektor perumahan.
Di sisi lain, laju penurunan inflasi yang lambat hingga 2% yang baru akan tercapai pada 2027 menunjukkan bahwa tantangan ekonomi yang dihadapi Fed dan administrasi Trump masih jauh dari selesai.