Sumber: Washington Times | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menekan Ketua Federal Reserve Jerome Powell agar menurunkan suku bunga acuan sebesar satu poin penuh, meskipun ia bersikeras bahwa perekonomian AS sedang mengalami pertumbuhan pesat berkat kebijakan-kebijakannya.
Trump menyebut Powell kerap terlambat dalam mengambil keputusan suku bunga dan mengatakan bahwa pemangkasan satu poin akan menjadi “bahan bakar roket” bagi pertumbuhan ekonomi AS.
Trump: "Terlambat" di The Fed Adalah Bencana
Lewat unggahan di Truth Social pada Jumat lalu, Trump menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan The Fed. “‘Terlambat’ di The Fed adalah bencana! Eropa sudah melakukan 10 kali pemangkasan suku bunga, kita belum sama sekali,” tulisnya.
Ia kemudian menambahkan, “Meskipun demikian, negara kita baik-baik saja. Lakukan pemangkasan satu poin penuh, Rocket Fuel!”
Baca Juga: Hubungan Memanas! Elon Musk Serukan Pemakzulan Donald Trump
Komentar Trump datang setelah laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di AS pada bulan Mei mencapai 139.000—angka yang melebihi ekspektasi analis, meski lebih rendah dari bulan sebelumnya.
The Fed Cenderung Tahan Suku Bunga
Meskipun Trump mendesak pemangkasan, mayoritas ekonom memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga untuk bulan ini.
Kekhawatiran utama adalah potensi inflasi akibat kebijakan tarif yang diberlakukan pemerintahan Trump, yang dinilai dapat menaikkan harga barang impor.
Kebijakan tarif inilah yang menjadi sumber ketegangan antara Presiden Trump dan The Fed.
Trump beranggapan bahwa suku bunga seharusnya lebih rendah agar masyarakat dan dunia usaha bisa lebih mudah mengakses pembiayaan, serta mendukung pertumbuhan yang lebih cepat.
Defisit Perdagangan Anjlok Tajam
Sementara itu, data Departemen Perdagangan menunjukkan defisit perdagangan AS menurun drastis pada April, menjadi $61,6 miliar dari $138,3 miliar pada Maret—penurunan bulanan terbesar dalam sejarah.
Penurunan ini terjadi saat perusahaan-perusahaan menyesuaikan strategi impor mereka akibat kebijakan tarif Trump.
Importir sebelumnya sempat meningkatkan volume impor menjelang pengenaan tarif baru. Namun, pada April, impor menurun untuk barang-barang seperti logam jadi, ponsel, dan produk farmasi.
Laporan Ketenagakerjaan: Kuat Tapi Rawan
Laporan pekerjaan bulan Mei menunjukkan adanya perlambatan jika dibandingkan dengan April (177.000 pekerjaan), namun tetap mengalahkan prediksi awal yang berada di kisaran 125.000. Tingkat pengangguran tetap di angka 4,2%.
Baca Juga: Bitcoin Melejit Dekati US$105.000! Trump Desak The Fed Agresif Pangkas Suku Bunga
Sektor kesehatan serta pariwisata dan perhotelan mencatat pertumbuhan, sementara sektor pemerintahan federal kehilangan lebih banyak pekerjaan, mencerminkan upaya Trump dalam mengurangi ukuran birokrasi pemerintah.
Data ini disambut baik oleh pasar saham, dengan Indeks Dow Jones naik 443 poin (1%) pada hari pengumuman.
Kritik dari Partai Demokrat
Namun tidak semua pihak optimis. Senator Ron Wyden, tokoh Partai Demokrat dari Oregon, menilai perlambatan pertumbuhan pekerjaan sebagai tanda bahaya. Ia menyalahkan kebijakan ekonomi Trump dan mengkritik rencana pemotongan pajak dan belanja domestik yang dianggap bisa memperparah kondisi pasar tenaga kerja dan meningkatkan utang nasional.
“Trump mewarisi ekonomi terkuat di dunia. Namun, tanpa orang-orang di sekelilingnya yang bisa mengendalikan naluri terburuknya, ia justru menghancurkannya,” ujar Wyden.
Ekonom Mark Zandi dari Moody’s Analytics juga menilai ekonomi AS berada dalam posisi rapuh. Ia menulis di platform X bahwa meski tidak ada tanda-tanda resesi, pasar tenaga kerja sedang melambat dan bisa menyebabkan pengangguran meningkat jika tren ini berlanjut.