Sumber: Xinhua,New York Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) atau Korea Utara menembakkan dua proyektil atau roket jarak pendek tak dikenal ke perairan timur pada hari Senin (2/3/2020). Hal itu diungkapkan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS).
Dalam pernyataan resminya seperti yang dilansir Xinhua, JCS mengatakan bahwa proyektil diluncurkan di dekat kota pesisir timur Wonsan Korut menuju Laut Timur pada sore hari. New York Times juga memberitakan, proyektil tersebut terbang 149 mil sebelum akhirnya mendarat di perairan antara Korea Utara dan Jepang.
Korsel juga mencatat, militer Korea Selatan mempertahankan postur pertahanan sambil memantau dengan cermat situasi yang relevan dalam persiapan untuk kemungkinan peluncuran tambahan.
Baca Juga: Belum ada satu pun kasus virus corona di Korea Utara, ini rahasianya
Mengutip New York Times, para pejabat Korea Selatan mengatakan peluncuran pada hari Senin tampaknya menjadi bagian dari latihan militer yang dilakukan Korea Utara pada hari Jumat.
"Tindakan semacam ini oleh Korea Utara tidak membantu upaya untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea," kata militer Korea Selatan dalam sebuah pernyataan. "Kami sekali lagi mendesak Korea Utara untuk segera menghentikannya."
Dalam tes senjata sebelumnya pada 28 November, Korea Utara meluncurkan dua roket dari pantai timurnya. Penembakan roket itu diawasi langsung oleh Kim Jong Un, pemimpin negara itu.
Baca Juga: Korea Utara tembak mati warga yang keluar karantina virus corona
Korea Selatan kemudian mengatakan, dua proyektil jarak pendek ditembakkan dari apa yang oleh Korea Utara disebut sebagai "peluncur roket ganda super besar", sebuah senjata baru yang dikembangkan Korut untuk menargetkan pangkalan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat yang lebih jauh dari perbatasan Korea Utara dengan Korea Selatan.
Akan tetapi Korea Utara telah menahan diri dari pengujian senjata sejak Kim mengatakan pada sebuah pertemuan pada akhir Desember bahwa ia telah meninggalkan harapan untuk diplomasi dengan Washington dan memerintahkan negaranya untuk bersiap menghadapi perselisihan yang berkepanjangan dengan Amerika Serikat dan menanggung sanksi.