kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tidak Hanya di Indonesia, JD.com China Juga Tutup Permanen E-Commerce Thailand


Selasa, 31 Januari 2023 / 06:25 WIB
Tidak Hanya di Indonesia, JD.com China Juga Tutup Permanen E-Commerce Thailand
ILUSTRASI. JD.com China akan menutup layanan e-commerce di Indonesia dan Thailand.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA/BEIJING. JD.com China akan menutup layanan e-commerce di Indonesia dan Thailand. JD.com memutuskan mundur dari Asia Tenggara setelah mengalami tahun yang melelahkan untuk sektor ritel dan teknologi China.

Melansir Reuters yang mengutip situs web lokalnya, JD.com akan mengakhiri layanannya di Thailand mulai 3 Maret 2023. Sedangkan di Indonesia, penutupan layanan mulai 31 Maret 2023. Kedua unit akan berhenti menerima pesanan pada 15 Februari 2023.

Seorang juru bicara JD.com mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa perusahaan akan terus melayani pasar global, termasuk Asia Tenggara, melalui infrastruktur rantai pasokannya.

Perusahaan yang tidak memberikan alasan penutupan tersebut memulai operasi e-commerce di Indonesia dengan nama JD.ID pada tahun 2015 sebagai perusahaan patungan dengan Provident Capital. Sedangkan platform Thailand diluncurkan dua tahun kemudian bekerja sama dengan platform terbesar di negara tersebut Central Group.

Tetapi JD.com gagal mendapatkan daya tarik terhadap pemain yang lebih besar seperti Lazada dari Alibaba Group, Shopee dari Sea Ltd dan Tokopedia dari GoTo Group.

Perusahaan, yang juga menjalankan merek ritel omni-channel Ochama di Eropa, mengatakan pada bulan November bahwa "bisnis baru" - termasuk unit di luar negeri serta usaha lain seperti properti JD - hanya menyumbang 2% dari total pendapatan pada kuartal ketiga. 

Baca Juga: Profil Perusahaan JD.ID, Perusahaan E-Commerce yang Tutup Permanen Per 31 Maret 2023

Di China, perusahaan, seperti banyak rekan teknologinya seperti Alibaba, telah berjuang melawan ekonomi yang melambat dan dampak pembatasan COVID yang ketat, yang telah mendorong pemotongan biaya dan pemutusan hubungan kerja.

Di sisi lain, JD.com membukukan kinerja lebih baik daripada rekan-rekannya, dengan mencatatkan kenaikan pendapatan kuartal ketiga sebesar 11,4%.

Nattabhorn Buamahakul, mitra di Asia Group Advisors yang berbasis di Bangkok, mengatakan keluarnya JD mencerminkan lanskap e-commerce yang sangat kompetitif di Asia Tenggara, terutama Thailand.

“Platform online tidak hanya bersaing satu sama lain tetapi juga operator lokal, usaha kecil yang meningkat karena pembayaran menjadi lebih sederhana, menggunakan media sosial seperti TikTok dan Instagram sebagai titik kontak pelanggan,” katanya.

Baca Juga: JD.ID Umumkan Tutup Semua Layanan Per 31 Maret 2023, Begini Kata Manajemen

Tetapi Jeffrey Towson, mitra TechMoat Consulting yang berbasis di Beijing mengatakan JD.com telah berperilaku lebih hati-hati daripada para pesaingnya di Asia Tenggara dalam hal pengeluaran untuk pemasaran dan subsidi. Dan dia yakin JD.com keluar tanpa kehilangan terlalu banyak uang.

"JD sekarang keluar dari sisi konsumen dan berfokus pada pedagang Asia Tenggara, merek, dan infrastruktur logistik yang terhubung dengan konsumen China. Itu memainkan kekuatan mereka," katanya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×