Reporter: Dyah Megasari, Bloomberg |
GENEVA. Nestle SA, perusahaan consumer goods terbesar di dunia memperkirakan, pendapatan pada sembilan bulan pertama 2011 naik signifikan dengan laju tercepat dalam tiga tahun terakhir. Kenaikan harga dan volume jual minuman larut merek Nescafe di Asia diyakini menjadi penopang utama kinerja Nestle.
Pendapatan pemilik merek dagang KitKat ini bahkan diyakini akan lebih tinggi 5%-6% dari target sepanjang 2011. Pemicunya adalah kenaikan harga jual produk. Jika ramalan ini benar, maka kinerja perusahaan yang berbasis di Swiss tersebut mengalahkan hitungan 17 analis yang disurvei oleh Bloomberg.
Tersandung harga komoditas
Namun, analis menilai kenaikan harga bahan baku dan krisis bisa menjadi sandungan utama bagi Nestle. Sinyal ini sudah diungkapkan oleh Chief Executive Officer Paul Bulcke kemarin (20/11). Ia memperkirakan harga komoditas dunia masih akan tinggi. "Meskipun kenaikan tersebut dalam hitungan yang masih normal," ungkap Bulcke.
Perusahaan yang bermarkas di Swiss tersebut menaksir, beban bahan baku tahun ini akan naik hingga 3 miliar franc Swiss atau senilai US$ 3,3 miliar.
Bukti bahwa Nestle tak bisa menghindari krisis terlihat di Amerika Utara dan Eropa. Manajemen menyatakan penjualan di dua wilayah itu memburuk akhir-akhir ini.
"Nestle akhirnya merasakan sejumput sentimen buruk konsumen di AS," ujar Marco Gulpers, seorang analis di ING Financial Markets.
Kenaikan harga bahan baku juga bisa mengurangi margin laba perusahaan. "Kenaikan harga bahan baku tersebut bisa memicu perlambatan yang cukup tajam pada kuartal empat," prediksi Andrew Wood, analis di Sanford C. Bernstein.
Informasi saja, tahun lalu pendapatan Group Nestle turun menjadi 60,9 miliar franc dari 70,4 miliar franc. Penguatan mata uang Swiss menjadi salah satu penyebabnya.