kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tingginya Inflasi Menambah Tekanan yang Dihadapi Produsen Otomotif Global


Selasa, 20 September 2022 / 16:10 WIB
Tingginya Inflasi Menambah Tekanan yang Dihadapi Produsen Otomotif Global
ILUSTRASI. Pabrik mobil Ford. REUTERS/Rebecca Cook


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Tantangan industri otomotif global semakin berat. Selain dihadapkan dengan krisis pasokan semikonduktor, produsen juga harus mendapatkan tekanan tambahan dari kenaikan inflasi. 

Tingginya inflasi bakal membuat perusahaan otomotif menghadapi peningkatan biaya pemasok yang harus dikeluarkan tahun ini. 

Peningkatan tersebut salah satunya dialami oleh Ford Motor. Produsen mobil terbesar kedua di Amerika Serikat (AS) ini menyebutkan bahwa biaya supplier akan meningkat US$ 1 miliar pada kuartal III tahun ini dari perkiraan awal. 

Perusahaan ini memperkirakan terdapat sekitar 40.000-45.000 kendaraan dalam persediaan yang kekurangan suku cadang. sehingga hal itu akan membuat penjualan tertunda. 

Baca Juga: Hong Kong Segera Melonggarkan Kebijakan Pembatasan Akibat COVID-19

Kendati tantangannya semakin berat, Ford tetap mempertahankan target laba sebelum bunga dan pajak tahun 2022 di kisaran US$ 11,5 miliar- US$ 12,5 miliar. 

"Target tetap terlepas dari krisis pasokan suku cadang tertentu serta pembayaran yang lebih tinggi yang harus diberikan kepada supplier dengan memperhitungkan inflasi," ungkap manajemen Ford seperti dikutip Reuters, Selasa (20/9).

Perusahaan menyebutkan bahwa kenaikan inflasi memaksa mereka harus melakukan negosiasi dengan para pemasok. Kekurangan pasokan suku cadang tertentu Motor di Ford akan lebih tinggi dari antisipasi jumlah kendaraan yang akan dirakit tetapi itu akan berada dalam persediaan. Namun, Ford optimis sebanyak 40.000-45.000 kendaraan akan selesai dirakit dan dijual ke diler sepanjang kuartal IV 2022. 

"Sebagian besar kendaraan itu adalah truk dan SUV dengan margin tinggi," kata manajemen Ford. 

Mengantisipasi kenaikan inflasi itu, Ford merevisi proyeksi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) pada kuartal III 2022 menjadi sekitar US$ 1,4 miliar- US$ 1,7 miliar. 

Sementara pada bulan Juli, manajemen Ford mengatakan hasil kinerja kuartal II didorong oleh kendaraan dengan margin yang lebih tinggi, sebagian diimbangi oleh biaya dan pengeluaran komoditas yang lebih tinggi.

Ford kemudian mengatakan bahwa mereka memperkirakan biaya komoditas akan naik sebesar US$ 4 miliar untuk tahun ini dan manajemen perusahaan akan secara aktif mencari cara untuk mengimbangi biaya yang melonjak.

Baca Juga: Shanghai China Meluncurkan Proyek Infrastruktur Senilai US$ 257 Miliar

Saat itu, perusahaan juga menyebutkan bahwa pihaknya menghadapi gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan.

"Para pemasok telah bekerja tanpa henti selama Covid-19. Kami melihat hasil dari tekanan dalam rantai pasokan," kata Direktur Keuangan Ford John Lawler.

Pembuat mobil telah menghadapi serangkaian masalah rantai pasokan selama dua tahun terakhir yang telah berulang kali menunda produksi kendaraan, seringkali karena kekurangan cip semikonduktor.




TERBARU

[X]
×