kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tingkat Pengangguran Australia Sentuh Level Terendah Sejak 1974


Kamis, 14 Juli 2022 / 11:45 WIB
Tingkat Pengangguran Australia Sentuh Level Terendah Sejak 1974
ILUSTRASI. Kawasan Bisnis di Sidney. REUTERS/Steven Saphore/File Photo


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Australia mendapat lebih banyak lapangan pekerjaan pada bulan Juni dari yang diharapkan. Hal ini membuat tingkat pengangguran berada di level terendah dalam hampir 50 tahun dan memperkuat kemungkinan untuk kenaikan suku bunga yang sangat besar bulan depan.

Jumlah tenaga kerja naik 88.400 dari Mei, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi ekonom yang hanya memprediksi 30.000 pekerjaan tambahan. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,5% alias level terendah sejak Agustus 1974.

Bjorn Jarvis, kepala statistik tenaga kerja di biro statistik Australia (ABS) bilang penurunan besar dalam tingkat pengangguran bulan ini mencerminkan lebih banyak orang mendapat pekerjaan dan lebih sedikit orang yang menjadi pengangguran. 

“Bersama-sama arus ini mencerminkan pasar tenaga kerja yang semakin ketat,” ujarnya dikutip dari Bloomberg, Kamis (14/7).

Baca Juga: Kejutkan Pasar, Bank Sentral Filipina Kerek Suku Bunga 75 Bps

Kekuatan dalam perekrutan terjadi karena tingkat lowongan pekerjaan Australia mencapai rekor tertinggi, menunjukkan pengangguran mungkin akan turun lebih jauh. 

Angka-angka tersebut kemungkinan akan membuat pembuat bank sentral Australia menetapkan jalur pengetatan moneter mereka untuk membantu mengendalikan lonjakan inflasi. 

Bank sentral telah meningkatkan suku bunga sebesar 125 basis poin menjadi 1,35% sejak Mei dan secara luas diperkirakan akan tetap menginjak pedal gas untuk sisa tahun ini.

“Ya, suku bunga yang lebih tinggi akan mengurangi permintaan, tetapi dengan pemberi kerja yang menuntut lebih banyak pekerja, kita seharusnya tidak melihat biaya pinjaman yang lebih tinggi berbuah pengangguran yang lebih tinggi.” ujar Harry Murphy Cruise, ekonom Moody's Analytics.




TERBARU

[X]
×