Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - MUAN COUNTY, KOREA SELATAN. Sebuah tragedi penerbangan terjadi pada Minggu pagi (29/12), ketika pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 mengalami pendaratan darurat di Bandara Internasional Muan.
Pesawat tergelincir dari landasan dan meledak setelah menabrak dinding, menewaskan sedikitnya 167 orang, menurut Badan Pemadam Kebakaran Nasional Korea Selatan.
Pesawat ini membawa 175 penumpang dan enam awak dari Bangkok, Thailand, saat berupaya mendarat sekitar pukul 09.00 waktu setempat (0000 GMT), kata Kementerian Transportasi Korea Selatan.
Baca Juga: Korban Meninggal Kecelakaan Jeju Air 167 Orang, Bencana Penerbangan Terburuk Korsel
Hanya dua awak pesawat yang berhasil diselamatkan dari bagian ekor pesawat yang terbakar. Sisanya diduga tewas.
Kecelakaan ini menjadi insiden penerbangan paling mematikan di tanah Korea Selatan dan yang terburuk bagi maskapai Korea Selatan dalam hampir tiga dekade terakhir, menurut data kementerian.
Detik-Detik Kecelakaan
Video yang disiarkan media lokal memperlihatkan pesawat Boeing 737-800 itu meluncur di landasan tanpa roda pendaratan, sebelum akhirnya menabrak dinding dan meledak menjadi bola api. Foto-foto lain menunjukkan asap dan api melahap sebagian besar badan pesawat.
"Bagian ekor masih memiliki sedikit bentuk, tetapi sisanya hampir tidak bisa dikenali," ujar Kepala Pemadam Kebakaran Muan, Lee Jung-hyun, dalam konferensi pers.
Api berhasil dipadamkan sekitar pukul 13.00 waktu setempat. Upaya pencarian dilakukan di area sekitar karena beberapa jasad diduga terlempar akibat benturan keras.
Baca Juga: UPDATE: Setidaknya 127 Orang Tewas dalam Kecelakaan Jeju Air di Korea Selatan
Kisah Keluarga Korban
Keluarga korban berkumpul di ruang kedatangan bandara beberapa jam setelah kecelakaan, banyak di antaranya menangis dan saling berpelukan.
Relawan Palang Merah membagikan selimut untuk membantu menenangkan mereka.
Keluarga korban berteriak dan menangis histeris saat petugas medis mengumumkan nama-nama 22 korban yang berhasil diidentifikasi melalui sidik jari.
"Saudara laki-laki saya meninggal, dan saya tidak tahu apa yang sedang terjadi," kata salah satu kerabat korban dengan suara penuh duka.
Dugaan Penyebab Kecelakaan
Penyelidikan awal menyebutkan kemungkinan adanya serangan burung dan cuaca buruk sebagai penyebab kecelakaan.
Menara kontrol sempat mengeluarkan peringatan serangan burung sebelum pilot menyatakan panggilan darurat.
Yonhap melaporkan bahwa serangan burung kemungkinan menyebabkan kerusakan pada roda pendaratan.
Salah satu penumpang sempat mengirim pesan kepada keluarganya, mengatakan ada burung yang tersangkut di sayap pesawat, dengan pesan terakhir: "Haruskah aku mengucapkan kata-kata terakhirku?"
Baca Juga: Kecelakaan Jeju Air: Salah Satu Terburuk dalam Sejarah Penerbangan Korea Selatan
Tanggapan Jeju Air dan Pemerintah
CEO Jeju Air, Kim E-bae, menyampaikan permohonan maaf yang mendalam atas insiden ini. Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Kim berjanji untuk mendukung keluarga korban dan bekerja sama dengan penyelidikan.
Boeing, dalam pernyataan resmi, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan menyatakan siap memberikan dukungan teknis kepada Jeju Air.
Presiden sementara Korea Selatan, Choi Sang-mok, mengunjungi lokasi kecelakaan dan menyatakan pemerintah akan mengerahkan seluruh sumber daya untuk menangani tragedi ini.
Kecelakaan ini merupakan yang pertama kali dialami Jeju Air sejak maskapai tersebut didirikan pada 2005.
Pesawat yang digunakan diproduksi pada 2009 dan tidak memiliki catatan kecelakaan sebelumnya.
Dua warga negara Thailand, perempuan berusia 22 dan 45 tahun, termasuk di antara penumpang.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan belasungkawa melalui media sosial dan meminta kementerian luar negeri untuk memberikan bantuan kepada korban asal Thailand.
Semua penerbangan domestik dan internasional di Bandara Internasional Muan dibatalkan setelah insiden ini.