Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Indeks harga konsumen Amerika Serikat naik tertinggi dalam 14 bulan pada Maret 2018. Namun, tren inflasi yang mendasarinya tetap jinak di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik.
Berbagai data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Rabu lalu secara umum mendukung keputusan The Fed untuk menunda kampanye kenaikan suku bunganya. Bank Sentral AS bahkan juga telah menurunkan proyeksi untuk setiap kenaikan suku bunga tahun ini yang telah mengerek biaya pinjaman empat kali pada 2018.
Risalah pertemuan dewan gubernur The Fed pada 19 Maret-20 Maret yang dirilis Rabu lalu menunjukkan mayoritas pembuat kebijakan melihat tekanan harga harga bisa diredam tetapi inflasi diharapkan bisa naik mendekati target bank sentral sebesar 2%. The Fed berharap inflasi (di luar makanan dan energi) berada di kisaran 1,8%.
"Sebagian besar inflasi tetap jinak," ujar Joel Naroff, Kepala ekonomi Naroff Economic Advisors Holland Pennsylvania seperti dikutip Reuters. "The fed secara efektif berlibur dan kemungkinan akan tinggal disana selama beberapa bulan lagi."
Departemen Tenaga Kerja menyatakan indeks harga konsumen (inflasi) naik 0,4% didorong oleh kenaikan biaya makanan, bahan bakar dan sewa. Ini adalah kenaikan terbesar sejak Januari 2018 dan mengikuti kenaikan 0,2% pada Februari. Secara tahunan, pada Maret 2019 indeks harga konsumen naik 1,9%.
Sementara itu, CPI naik 1,5% pada Februari yang merupakan kenaikan terkecil sejak September 2016.
"Risalah memperkuat pandangan kami bahwa suku bunga ditahan untuk massa mendatang, meskipun ini bisa berubah jika ekonomi atau inflasi mengejutkan ke atas atau ke bawah," kata Sal Guatieri, ekonom senior BMO Capital Markets di Toronto.