Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Jika Trump tetap pada rencana semula itu, maka bisa mengguncang pasar keuangan sekaligus membatalkan kesepakatan AS-China untuk mengakhiri perang dagang selama 17 bulan antara dua ekonomi terbesar dunia itu.
Kedua negara sepakat pada Oktober lalu untuk menekan perjanjian perdagangan awal. Tapi, hingga saat ini kesepakatan itu belum juga terwujud. Banyak pihak berharap, kesepakatan bisa lahir sebelum 15 Desember.
Baca Juga: Investor Wait and See, Harga Emas Hari Ini Tergelincir dari Level Tertinggi
Beijing pernah menyatakan, akan membalas jika Washington meningkatkan sengketa perdagangan. Pada Agustus lalu, China mengatakan, akan memberlakukan tarif tambahan 5% dan 10% atas barang AS senilai US$ 75 miliar dalam dua tahap.
Tarif gelombang pertama berlaku mulai 1 September lalu, memukul barang-barang AS termasuk kedelai, daging babi, daging sapi, bahan kimia, dan minyak mentah.
Tarif gelombang kedua yang akan China aktifkan pada 15 Desember akan menyasar barang-barang AS, mulai jagung dan gandum hingga pesawat kecil dan magnet tanah jarang.
Baca Juga: China says in close communication with U.S. on trade as fresh tariffs loom
Bukan cuma itu, China akan mengenakan lagi tarif 25% untuk kendaraan bermotor buatan AS dan tarif 5% atas onderdil mobil yang telah mereka tangguhkan pada awal 2019 mulai 15 Desember nanti.