Sumber: businessinsider.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sebuah wawancara dengan New York Magazine, mantan Presiden Donald Trump mengklaim bahwa CEO Meta, Mark Zuckerberg, menyatakan akan memilih Trump pada pemilihan 2024.
Trump mengatakan bahwa Zuckerberg meneleponnya setelah seorang penembak mencoba melakukan pembunuhan terhadap Trump di sebuah rapat umum di Butler, Pennsylvania, pada Juli.
Menurut Trump, Zuckerberg mengatakan bahwa dia tidak pernah mendukung seorang Republikan sebelumnya, tetapi tidak mungkin saya bisa memilih Demokrat dalam pemilihan ini.
Trump juga menambahkan bahwa Zuckerberg mengakui latar belakang keluarganya yang selalu mendukung Demokrat, tetapi setelah menyaksikan reaksi Trump terhadap insiden tersebut, Zuckerberg menyatakan bahwa dia tidak akan memilih orang yang menentang Trump.
Baca Juga: Mengintip Persiapan Debat Perdana Trump dan Harris, Apa Strateginya?
Namun, seorang juru bicara Meta membantah pernyataan Trump. Juru bicara tersebut menyatakan bahwa Zuckerberg tidak mendukung Trump atau lawannya, Wakil Presiden Kamala Harris, dalam pemilu tahun ini.
"Seperti yang telah Mark katakan secara publik, dia tidak mendukung siapapun dalam pemilihan ini dan tidak menyampaikan kepada siapapun bagaimana dia akan memilih," kata juru bicara tersebut.
Walaupun demikian, Zuckerberg sempat memuji reaksi Trump terhadap percobaan pembunuhan tersebut, menyebutnya sebagai sesuatu yang "sangat mengesankan" dalam sebuah wawancara pada bulan Juli.
Baca Juga: Jajak Pendapat Pemilu AS: Siapa yang Unggul, Harris atau Trump?
Zuckerberg mengatakan bahwa melihat Trump bangkit setelah ditembak di wajah dan mengangkat tinjunya di udara dengan bendera Amerika adalah salah satu hal paling mengesankan yang pernah ia lihat.
Hubungan antara Trump dan Zuckerberg selama ini cukup rumit. Trump pernah menyatakan bahwa Zuckerberg akan "menghabiskan sisa hidupnya di penjara" jika melakukan hal ilegal terkait pemilihan mendatang. Selain itu, Trump juga kerap mengkritik Meta karena menangguhkan akun Facebook-nya setelah kerusuhan di Capitol pada 6 Januari 2021.