Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pada Senin (25/8/2025), Presiden Donald Trump mengatakan AS dan Tiongkok — dua ekonomi terbesar dunia — akan memiliki hubungan yang hebat. Meski demikan, dia memperingatkan bahwa dia dapat menghancurkan Tiongkok dengan memainkan "kartu-kartu luar biasa" yang dimilikinya.
"Kami memiliki kartu-kartu yang jauh lebih besar dan lebih baik daripada mereka," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval menjelang pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung.
"Mereka memiliki beberapa kartu. Kami memiliki kartu-kartu yang luar biasa. Tetapi saya tidak ingin memainkan kartu-kartu itu. Jika saya melakukannya, itu akan menghancurkan Tiongkok," kata Trump seperti yang dikutip dari Fox News.
Dia menambahkan, "Saya tidak akan memainkan kartu-kartu itu."
Belum jelas apakah kartu-kartu yang dimaksud Trump merujuk pada pengaruh ekonomi, pengaruh politik, atau hal lainnya.
Baca Juga: China Siapkan Stablecoin Yuan, Bisakah Saingi Dominasi Dolar AS?
Trump juga mengatakan ia baru-baru ini berbicara dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Dia tengah mempertimbangkan perjalanan untuk bertemu dengan mitranya tersebut, sementara kedua negara terus merundingkan persyaratan perdagangan.
"Suatu saat nanti, mungkin tahun ini atau segera setelahnya, kami akan pergi ke Tiongkok," kata Trump.
Bulan lalu, Presiden mengatakan bahwa Xi telah memperpanjang undangan tersebut.
Washington dan Beijing sepakat pada 12 Agustus 2025 untuk memperpanjang gencatan senjata perdagangan mereka selama 90 hari lagi. Hal ini memberi para negosiator lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan.
Trump telah menaikkan tarif untuk semua barang Tiongkok beberapa kali tahun ini, dengan bea masuk tertinggi mencapai 145% pada bulan April. Pungutan AS saat ini untuk sebagian besar impor Tiongkok mencapai 30%. Tiongkok telah mengenakan bea masuk 10% untuk impor AS.
Baca Juga: Biaya Pasukan AS di Korsel dan China Jadi Sorotan Saat Presiden Lee Bertemu Trump
Pada bulan Juli, Menteri Keuangan Scott Bessent mengidentifikasi dukungan Tiongkok terhadap minyak yang disanksi sebagai titik sentral pertikaian selama putaran terakhir perundingan perdagangan yang berlangsung di Swedia. Bessent sebelumnya memimpin negosiasi perdagangan dengan Tiongkok di Jenewa pada bulan Mei, dan sebulan kemudian di London.
Washington telah lama mengeluh bahwa Iran dan Rusia menggunakan dana dari ekspor minyak untuk membiayai teror dan tindakan destabilisasi lainnya di seluruh dunia. Meskipun ada sanksi AS, Beijing adalah importir utama minyak Iran dan importir minyak Rusia terbesar kedua.
Tonton: AS Ancam Jatuhkan Tarif 100 Persen ke China Lantaran Beli Minyak dari Rusia
Selain impor minyak Rusia dan Iran, Bessent juga mengatakan AS ingin mengekang status Tiongkok sebagai pusat manufaktur dunia. Ia sebelumnya telah mendesak Tiongkok untuk membatasi ekonomi ekspornya yang besar dan meningkatkan partisipasinya sebagai mitra dagang dan impor global.