kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.378   49,00   0,30%
  • IDX 7.859   -31,86   -0,40%
  • KOMPAS100 1.103   -7,60   -0,68%
  • LQ45 822   -6,76   -0,82%
  • ISSI 265   -0,92   -0,35%
  • IDX30 425   -3,33   -0,78%
  • IDXHIDIV20 494   -1,99   -0,40%
  • IDX80 124   -0,75   -0,60%
  • IDXV30 131   0,35   0,27%
  • IDXQ30 138   -0,83   -0,60%

China Siapkan Stablecoin Yuan, Bisakah Saingi Dominasi Dolar AS?


Jumat, 22 Agustus 2025 / 22:22 WIB
China Siapkan Stablecoin Yuan, Bisakah Saingi Dominasi Dolar AS?
ILUSTRASI. China dilaporkan tengah menimbang peluncuran stablecoin berbasis yuan, dengan uji coba awal di Hong Kong dan Shanghai


Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. China dilaporkan tengah menimbang peluncuran stablecoin berbasis yuan, dengan uji coba awal di Hong Kong dan Shanghai.

Langkah ini mengejutkan banyak pihak, mengingat selama bertahun-tahun Beijing dikenal keras menindak aktivitas kripto, sembari mendorong penggunaan mata uang digital bank sentral (CBDC), yakni yuan digital.

Informasi tersebut pertama kali diberitakan pada Rabu lalu, dan mengindikasikan ambisi China untuk memperkuat peran yuan dalam sistem keuangan internasional. Namun, para analis menilai jalan menuju kesuksesan stablecoin yuan tidak akan mudah.

Peran Baru Stablecoin Yuan di Tengah Dominasi Alipay dan WeChat Pay

Menurut Martin Chorzempa, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics, dominasi Alipay dan WeChat Pay dalam transaksi sehari-hari membuat yuan digital sulit menembus pasar domestik.

Baca Juga: BlackRock Perbesar Kepemilikan Ethereum

Hal ini membuka peluang baru bagi stablecoin yuan, terutama untuk pembayaran lintas batas (cross-border payments). Chorzempa menilai, stablecoin yuan bisa berperan dalam memfasilitasi transfer dana internasional di luar jalur perbankan tradisional.

Namun, ia juga menyoroti dilema utama: “Jika stablecoin yuan tetap membawa restriksi, pengawasan, dan kontrol ketat seperti bentuk yuan saat ini, maka kemungkinan besar tidak akan menarik dibandingkan stablecoin berbasis dolar AS yang lebih bebas digunakan,” ujar Chorzempa.

Dominasi Dolar dalam Pasar Stablecoin

Dari sisi pasar, tantangan stablecoin yuan juga sangat besar. Patrick Tan, CEO firma intelijen blockchain ChainArgos, menegaskan bahwa saat ini 98% stablecoin dan transaksi stablecoin berbasis dolar AS.

Bahkan, di bursa kripto terbesar dunia seperti Binance, OKX, hingga Bybit—yang memiliki hubungan erat dengan komunitas kripto di China—mata uang pilihan tetaplah stablecoin berbasis dolar.

Baca Juga: Uni Eropa Percepat Rencana Euro Digital di Tengah Regulasi Baru AS

Menurut Tan, masalah mendasarnya adalah daya tarik yuan itu sendiri: “Jika China ingin membuat yuan digital atau stablecoin yuan menarik, maka yuan itu sendiri harus lebih atraktif. Itu memerlukan reformasi politik dan ekonomi besar-besaran, yang dalam iklim saat ini di China, sangat sulit dilakukan.”

Tantangan Geopolitik dan Masa Depan Uang Digital

Baik berhasil maupun tidak, langkah China mempertimbangkan stablecoin yuan menegaskan satu hal penting: stablecoin kini bukan sekadar infrastruktur kripto, melainkan instrumen geopolitik.

Upaya Beijing ini berpotensi menantang dominasi dolar di masa depan, meskipun jalan yang ditempuh dipenuhi hambatan struktural dan ketidakpastian.

Selanjutnya: Tak Cukup Antivirus, Harus Ada Pertahanan Berlapis Menghadapi Serangan Siber

Menarik Dibaca: Strategi Decorient di 2025, Jaga Arus Kas dan Genjot Proyek Jumbo




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×