Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Uni Eropa (UE) semakin mempercepat langkah dalam pengembangan euro digital setelah Amerika Serikat menandatangani GENIUS Act, sebuah undang-undang yang memperkenalkan kerangka regulasi komprehensif bagi pasar stablecoin senilai US$288 miliar.
Aturan baru di AS ini mewajibkan penerbit stablecoin untuk memiliki cadangan likuid penuh, memperoleh lisensi resmi, serta mematuhi persyaratan keterbukaan informasi yang ketat.
Kekhawatiran Dominasi Stablecoin Dolar
Perubahan regulasi di AS menimbulkan kekhawatiran di Eropa dan belahan dunia lain. Banyak pihak menilai bahwa stablecoin berbasis dolar akan semakin mendominasi pembayaran lintas negara, yang berpotensi mengancam peran euro dalam sistem keuangan global.
Baca Juga: Pelaku Usaha Kripto Dorong Adopsi Aset Kripto Sebagai Agunan Pinjaman
Bagi UE, hal ini menjadi sinyal mendesak untuk mempercepat implementasi euro digital sebagai alternatif yang kredibel di kancah internasional.
Euro Digital di Ethereum atau Solana?
Awalnya, Bank Sentral Eropa (ECB) mengajukan konsep euro digital pada Oktober 2021 dengan visi menggunakan buku besar (ledger) tertutup dan privat yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan otoritas.
Namun, kini muncul perdebatan baru: apakah euro digital sebaiknya diterbitkan di atas blockchain publik seperti Ethereum (ETH) atau Solana (SOL).
Menggunakan jaringan publik diyakini dapat:
-
Mempercepat sirkulasi euro digital.
-
Meningkatkan fungsinya sebagai alat pembayaran lintas batas.
-
Memperkuat daya saing euro terhadap stablecoin dolar yang semakin mapan.
Baca Juga: Pelaku Usaha Kripto Dorong Perlunya Peningkatan Daya Saing Aset Kripto Indonesia
Tantangan Privasi dan Regulasi
Meski demikian, ide penggunaan blockchain publik tidak lepas dari kritik. Para skeptis menilai bahwa transparansi ledger publik justru berisiko terhadap privasi pengguna, karena setiap transaksi akan tercatat secara terbuka.
Sementara itu, jika ECB memilih sistem tertutup, euro digital akan lebih menyerupai yuan digital Tiongkok, yang dikendalikan penuh oleh bank sentral. Sebaliknya, adopsi sistem lebih terbuka sejalan dengan prinsip pasar bebas Uni Eropa.
Keputusan terkait bentuk euro digital akan menjadi salah satu penentu posisi Eropa dalam lanskap pembayaran digital global. Apakah UE akan memilih model yang tertutup dan terkendali, atau justru mendorong euro digital hadir di blockchain publik yang lebih terbuka, hasilnya akan memberikan dampak besar pada masa depan keuangan Eropa.