kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.291   14,00   0,09%
  • IDX 7.140   43,32   0,61%
  • KOMPAS100 1.026   0,52   0,05%
  • LQ45 779   2,15   0,28%
  • ISSI 234   0,17   0,07%
  • IDX30 402   1,16   0,29%
  • IDXHIDIV20 463   0,95   0,21%
  • IDX80 115   0,26   0,23%
  • IDXV30 117   0,40   0,34%
  • IDXQ30 129   -0,04   -0,03%

Uni Eropa Bidik Boeing dan Bourbon sebagai Sasaran Tarif Balasan atas Produk AS


Selasa, 15 Juli 2025 / 18:47 WIB
Uni Eropa Bidik Boeing dan Bourbon sebagai Sasaran Tarif Balasan atas Produk AS
ILUSTRASI. Ketegangan dagang antara AS dan Uni Eropa kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor sebesar 30%. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor sebesar 30% terhadap barang-barang dari blok tersebut mulai 1 Agustus 2025.

Menanggapi ancaman ini, Komisi Eropa telah menyusun daftar barang AS senilai €72 miliar (sekitar US$84,1 miliar) yang siap dikenai tarif balasan jika perundingan gagal menghasilkan kesepakatan.

Barang AS yang Terancam Tarif: Dari Pesawat hingga Minuman Keras

Daftar tersebut mencakup berbagai produk strategis dan bernilai tinggi, seperti pesawat Boeing, mobil, bourbon whiskey, serta produk pertanian, kimia, perangkat medis, dan peralatan presisi. Komoditas makanan dan minuman seperti buah-buahan, sayuran, anggur, bir, dan spirit juga termasuk dalam daftar dengan nilai mencapai €6,35 miliar.

Komisi Eropa belum mengumumkan berapa besar tarif yang akan dikenakan untuk masing-masing produk. Namun, jika diberlakukan, langkah ini akan menjadi paket tarif balasan terbesar yang pernah diajukan Uni Eropa terhadap Amerika Serikat.

Baca Juga: Trump Ancam Rusia dengan Tarif 100% Jika Tak Sepakat dengan Ukraina dalam 50 Hari

Ancam Perdagangan Global

Presiden Trump menyatakan bahwa Uni Eropa akan "dibalas" jika melakukan tindakan balasan, dengan menambahkan tarif tambahan di atas tarif 30% yang telah diumumkan.

Pejabat Uni Eropa menyebut ancaman Trump sebagai tindakan yang “tidak dapat diterima” dan berisiko menghancurkan hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

"Ancaman tarif ini menyerupai pemerasan," ujar Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot. "Kami ingin kesepakatan dagang, tapi bukan dengan harga menjadi 'vassal' Amerika Serikat."

Sikap Tegas Eropa: Siap Negosiasi, Siap Tindakan Balasan

Meski demikian, Uni Eropa menyatakan masih membuka pintu untuk negosiasi. Dalam pertemuan para menteri perdagangan Uni Eropa di Brussels pada Senin, Komisioner Perdagangan Maros Sefcovic menyebut bahwa ada tekad yang belum pernah terlihat sebelumnya untuk melindungi industri Eropa dari dampak tarif AS.

"Kami akan tetap bernegosiasi terlebih dahulu, tapi pada saat yang sama kami bersiap menghadapi kemungkinan terburuk," tegas Sefcovic dalam konferensi pers.

Paket tarif ini belum disahkan dan masih menunggu persetujuan mayoritas negara anggota Uni Eropa. Jika 15 negara menentang, maka paket tersebut batal diberlakukan.

Baca Juga: Ribuan Pegawai Federal Mundur, Pemerintahan Trump Kurangi Rencana PHK Massal

Industri Minuman Eropa Tekan Pemerintah

Sementara itu, industri minuman Eropa — yang sangat bergantung pada pasar AS — mendesak agar produk seperti bourbon dan minuman beralkohol dikeluarkan dari daftar tarif. Negara-negara seperti Prancis, Spanyol, dan Italia khawatir akan dampak ekonomi yang bisa muncul akibat pembalasan dari Washington.

Produk alkohol sendiri telah dihapus dari paket tarif pertama Uni Eropa pada April lalu, yang menyasar barang AS senilai €21 miliar. Paket tersebut ditangguhkan demi memberi ruang negosiasi dan kini masa penangguhannya diperpanjang hingga 6 Agustus.

Harapan Tetap Terbuka

Meski ketegangan meningkat, pasar merespons secara positif. Saham-saham Eropa, terutama di sektor otomotif, naik tipis setelah Trump menyatakan pada Senin bahwa dirinya masih terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Uni Eropa dan mitra dagang lainnya.

Dengan tenggat waktu yang semakin dekat, dunia kini menantikan apakah diplomasi mampu mencegah perang dagang besar antara Washington dan Brussels — yang bisa berdampak luas terhadap stabilitas ekonomi global.

Selanjutnya: Kemenkeu Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2025 Bisa Lebih dari 4,7%

Menarik Dibaca: Eva Mulia Acne Set: Solusi Perawatan Kulit Berjerawat Sesuai Kebutuhan Kulitmu




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×