Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Komisi Eropa menerbitkan daftar 47 proyek strategis yang bertujuan meningkatkan produksi 14 dari 17 material yang dianggap kritis bagi transisi energi dan keamanan Uni Eropa (UE).
Daftar ini merupakan bagian dari implementasi Critical Raw Material Act yang disepakati pada 2023, di mana UE menargetkan untuk menambang 10%, mengolah 40%, dan mendaur ulang 25% kebutuhan bahan bakunya sendiri pada 2030.
"Untuk waktu yang lama, bahan baku adalah titik buta dalam kebijakan industri kita... Eropa lebih sering memilih membeli sebagian besar bahan bakunya dari luar negeri," ujar Komisioner Industri UE, Stephane Sejourne, Selasa (25/3).
Baca Juga: PM Prancis Sebut Tarif Uni Eropa untuk Minuman Bourbon Amerika Mungkin Keliru
"Hingga akhirnya, krisis Covid dan perang di Ukraina mengingatkan kita akan bahaya ketergantungan ini."
Material yang termasuk dalam proyek ini antara lain logam dasar seperti aluminium, tembaga, dan nikel, serta bahan utama untuk baterai seperti litium dan unsur tanah jarang yang digunakan dalam turbin angin dan kendaraan listrik.
Ke-47 proyek tersebut tersebar di 13 negara anggota UE, yaitu Belgia, Prancis, Italia, Jerman, Spanyol, Estonia, Ceko, Yunani, Swedia, Finlandia, Portugal, Polandia, dan Rumania.
Sebanyak 25 proyek berfokus pada ekstraksi, 24 pada pemrosesan, dan 10 pada daur ulang, dengan beberapa proyek mencakup lebih dari satu aspek.
Komisi Eropa juga berencana mengumumkan daftar tambahan untuk mencakup material lainnya, termasuk proyek di luar wilayah UE.
Baca Juga: Dari Baja hingga Bourbon, Uni Eropa Siapkan Balasan atas Tarif Trump
UE berupaya menghindari ketergantungan berlebihan pada satu sumber untuk logam-logam penting, terutama setelah krisis pasokan gas Rusia dan gangguan rantai pasokan akibat pandemi Covid-19. Uni Eropa kini mulai mendorong pembelian bersama sebagai strategi baru.
Saat ini, China mendominasi ekstraksi unsur tanah jarang serta pemrosesan logam untuk baterai kendaraan listrik dan panel surya.
“Tidak akan ada industri pertahanan tanpa unsur tanah jarang, yang digunakan dalam radar, sonar, dan sistem penargetan kita – dan saat ini, kita 100% bergantung pada bahan olahan dari China,” kata Sejourne.
Dari 47 proyek, 22 di antaranya berfokus pada litium, 12 pada nikel, 11 pada grafit, 10 pada kobalt, dan tujuh pada mangan untuk mendukung rantai pasokan baterai. Beberapa proyek mencakup lebih dari satu jenis logam.
Baca Juga: Tingkatkan Pertahanan, Uni Eropa Usulkan Pinjaman Bersama 150 Miliar Euro
Selain itu, terdapat satu proyek magnesium dan tiga proyek tungsten yang akan mendukung industri pertahanan UE.
Proyek-proyek ini akan mendapatkan jalur perizinan yang dipercepat, dengan batas waktu maksimal 27 bulan untuk pertambangan dan 15 bulan untuk pemrosesan atau daur ulang.
Proses perizinan selama ini menjadi kendala utama bagi proyek-proyek ramah lingkungan di UE, karena perusahaan harus menavigasi aturan dari 27 negara anggota serta regulasi komunitas lokal.
Kelompok pendanaan juga akan memberikan saran tentang cara mempercepat proyek-proyek ini dengan jaminan publik dari bank nasional, Bank Investasi Eropa (European Investment Bank), dan Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (European Bank of Reconstruction and Development) guna menarik investasi swasta.