Sumber: businessinsider.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada wawancara radio baru-baru ini, mantan Presiden Donald Trump menyebut Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer sebagai "Palestinian."
Pernyataan ini, yang tampaknya merujuk pada sikap kritis Schumer terhadap Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, memicu kontroversi dan kritik dari berbagai pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia.
Pernyataan Trump bukanlah yang pertama kalinya dia menggunakan istilah "Palestinian" sebagai bentuk ejekan politik. Sebelumnya, dalam debat dengan Presiden Joe Biden, Trump juga menyebut Biden sebagai "Palestinian," menyiratkan bahwa menjadi Palestinian adalah hal yang negatif. Trump mengklaim bahwa Biden "lemah" dan "buruk" dalam konteks ini.
Baca Juga: Trump Janjikan AS Sebagai Ibu Kota Kripto dan Negara Adidaya Bitcoin Jika Menang
Reaksi Publik dan Kritik
Pernyataan Trump ini mendapat tanggapan negatif dari berbagai pihak. Direktur Eksekutif Amnesty International USA, Paul O'Brien, menyatakan bahwa insinuasi Trump bahwa menjadi Palestinian adalah hal yang buruk mencerminkan rasisme dan kebencian terhadap orang Arab.
Trump terus-menerus menggunakan istilah ini, bahkan di rapat umum di Virginia, yang menunjukkan pola penggunaan istilah tersebut sebagai alat politik.
Steven Cheung, juru bicara Trump, menolak kritik yang dilontarkan terhadap pernyataan mantan presiden tersebut. Cheung mempertanyakan apa yang seharusnya menjadi sebutan yang tepat dan menyatakan bahwa orang-orang yang menyebut pernyataan Trump rasis adalah orang-orang yang sebenarnya rasis.
Baca Juga: Demokrat Adakan Pemungutan Suara Virtual Untuk Pilih Kamala Harris Sebagai Capres
Dampak pada Partai Demokrat dan Gerakan Pro-Palestinian
Selama hampir sepuluh bulan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan perang berikutnya di Gaza, Presiden Biden dan Partai Demokrat menghadapi tekanan dari gerakan pro-Palestinian yang kuat.
Gerakan ini menyerukan agar AS mengubah hubungan mereka dengan Israel, termasuk penghentian bantuan militer dan perundingan untuk gencatan senjata permanen.
Namun, sikap Trump yang terus menggunakan istilah "Palestinian" sebagai ejekan menunjukkan bahwa Partai Republik tidak mungkin lebih simpatik terhadap tuntutan komunitas Palestinian dan Arab Amerika.