Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Komisi Eropa dikabarkan akan melonggarkan rencana larangan penjualan mobil bermesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) mulai 2035, menyusul tekanan kuat dari Jerman, Italia, serta industri otomotif Eropa.
Dalam skema terbaru, Uni Eropa disebut akan tetap mengizinkan hingga 10% kendaraan non-listrik dijual setelah 2035.
Artinya, target larangan total mobil bermesin bakar akan direvisi, dengan membuka ruang bagi teknologi tertentu.
Langkah ini menandai perubahan sikap signifikan Komisi Eropa terhadap kebijakan hijau ambisius yang dicanangkan dalam lima tahun terakhir.
Baca Juga: Ekonomi Tersendat, Anggaran Selandia Baru Terbayang Defisit Berkepanjangan
Kebijakan tersebut sebelumnya menetapkan bahwa seluruh mobil baru yang dijual di Uni Eropa pada 2035 harus beremisi nol.
Komisi Eropa tampak mengakomodasi tuntutan produsen otomotif agar tetap bisa menjual kendaraan plug-in hybrid dan mobil dengan teknologi range extender, selama menggunakan biofuel netral karbon atau bahan bakar sintetis.
Desakan ini muncul di tengah kesulitan produsen mobil Eropa bersaing dengan Tesla dan produsen kendaraan listrik asal China.
Namun, rencana pelonggaran ini masih harus mendapatkan persetujuan negara-negara anggota Uni Eropa serta Parlemen Eropa sebelum resmi diberlakukan.
Baca Juga: Trump Gugat BBC, Ajukan Ganti Rugi Senilai US$ 5 Miliar
Produsen mobil besar seperti Volkswagen dan Stellantis, pemilik merek Fiat sebelumnya mendorong pelonggaran target emisi dan pengurangan sanksi atas kegagalan memenuhi target tersebut.
Asosiasi produsen otomotif Eropa (ACEA) bahkan menyebut kondisi saat ini sebagai “titik kritis” bagi industri, seraya meminta Komisi Eropa juga melonggarkan target emisi antara tahun 2030.
Di sisi lain, industri kendaraan listrik memperingatkan bahwa langkah tersebut berpotensi melemahkan investasi dan membuat Uni Eropa semakin tertinggal dari China dalam transisi ke kendaraan listrik.
“Perubahan dari target 100% nol emisi menjadi 90% mungkin terlihat kecil. Namun jika kita mundur sekarang, dampaknya bukan hanya pada iklim, tapi juga daya saing Eropa,” ujar CEO Polestar, Michael Lohscheller dikutip dari Reuters, Selasa (16/12/2025).
Baca Juga: Ford Hentikan Produksi Sejumlah Kendaraan Listrik, Catat Kerugian US$ 19,5 Miliar
Senada, Direktur Eksekutif lembaga advokasi transportasi bersih Transport & Environment (T&E), William Todts, menilai Uni Eropa justru membuang waktu ketika China melaju cepat dalam pengembangan kendaraan listrik.
“Bertahan pada mesin pembakaran tidak akan membuat produsen mobil Eropa kembali berjaya,” tegasnya.
Selain itu, Komisi Eropa juga disebut akan memaparkan rencana untuk meningkatkan porsi kendaraan listrik dalam armada kendaraan korporasi, khususnya mobil dinas perusahaan yang menyumbang sekitar 60% dari total penjualan mobil baru di Eropa.
Meski mekanismenya belum dijelaskan secara rinci, kemungkinan akan ada persyaratan kandungan lokal tertentu. Industri otomotif sendiri lebih menginginkan insentif ketimbang target wajib.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Kompak Ditutup Turun 1% di Awal Pekan Ini, Simak Sentimennya
Komisi juga diperkirakan akan mengusulkan kategori regulasi baru untuk kendaraan listrik berukuran kecil, yang akan dikenakan pajak lebih rendah dan memperoleh tambahan kredit untuk memenuhi target emisi CO₂.
Kredit tambahan juga bisa diperoleh dari praktik produksi yang lebih berkelanjutan, seperti penggunaan baja rendah karbon dalam proses manufaktur kendaraan.













