Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. Negara-negara maju yang tergabung dalam G-7 plus Brasil, Rusia, India, dan China, tahun ini harus mencari utang sebesar US$ 7,38 triliun untuk membiayai obligasi jatuh tempo mereka. Jumlah utang yang diperlukan untuk refinancing tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 7,6 triliun.
Penurunan utang jatuh tempo pada tahun 2013 menjadi yang pertama sejak krisis keuangan 2008 melanda dunia. Data Bloomberg menunjukkan, peningkatan obligasi negara akan dilakukan Amerika Serikat (AS), Kanada, Rusia, India, dan China. Sedangkan penurunan jumlah penerbitan obligasi akan dilakukan oleh Jepang, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, dan Brasil.
Amerika terbesar
Pada tahun 2013, AS mengambilalih posisi Jepang sebagai negara dengan utang jatuh tempo terbesar dunia. Tahun ini utang jatuh tempo AS mencapai US$ 2,9 triliun, meningkat dari tahun lalu yang sebesar US$ 2,6 triliun. Sedangkan tahun ini Jepang memiliki utang jatuh tempo sebanyak US$ 2,6 triliun, turun dari 2012 sebesar US$ 3 triliun.
Sementara itu Italia akan memiliki utang jatuh tempo sebesar US$ 414 miliar pada tahun ini, Prancis sebesar US$ 357 miliar, Jerman sebesar US$ 283 miliar. Tiga negara Uni Eropa tersebut masuk dalam lima besar negara dengan utang jatuh tempo. Agar mengurangi resiko refinancing, sejumlah negara berkembang dan negara maju telah meningkatkan rata-rata tenor atau jatuh tempo utang mereka dalam tiga tahun terakhir. Tenor rata-rata utang AS naik dari 4,6 tahun pada akhir 2009 menjadi 5,4 tahun.
Inggris juga menaikkan jatuh tempo utangnya dari rata-rata 13,5 tahun menjadi 14,6 tahun. Demikian pula dilakukan oleh Jerman, Prancis dan Italia. Namun langkah memperpanjang tenor menciptakan beban tersendiri.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pengetatan fiskal di sejumlah negara maju akan setara dengan 1% dari produk domestik bruto (PDB) 2013. Jumlah itu naik dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 0,75%.
Sedangkan di negara berkembang, menurut IMF, tidak ada konsolidasi fiskal yang signifikan. Ewen Cameron Watt, Kepala Strategi Investasi BlackRock Investment Institute, menjelaskan nilai 1% seperti perkiraan IMF penting. "Itu sedikit mengerem pertumbuhan," katanya.
Menurutnya penyumbang terbesar defisit fiskal lima tahun terakhir adalah kurangnya pendapatan. Mohit Kumar, Analis Strategi suku bunga Deutsche Bank AG, mengatakan beberapa negara menjalankan penyesuaian fiskal yang signifikan beberapa tahun terakhir. Menurutnya, penyesuaian fiskal lebih besar dari apa yang disadari pasar saat ini.
"Saya tidak berharap akan ada aksi jual pada obligasi inti pemerintah, sebab masih ada permintaan yang cukup. Kebijakan masih akan akomodatif," katanya.
Deutsche Bank memperkirakan, nilai obligasi Jerman akan mengungguli Perancis tahun ini, walaupun imbal hasil obligasi Jerman bertenor 10 tahun diperkirakan hanya akan mencapai 2,25% pada akhir 2013.
Yield tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar 2,85%.