Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
HO CHI MINH. Hari ini, Vietnam kembali memangkas harga bensin eceran di negaranya sebesar 5,6%. Kebijakan itu diberlakukan seiring turunnya harga minyak mentah dunia. Itu berarti, penurunan ini merupakan penurunan yang ke dua kalinya dalam dua minggu terakhir.
Menurut Petrolimex, perusahaan importir dan eceran minyak ternama Vietnam, harga eceran bensin paling popular jenis oktan 92 kini hanya dijajakan sebesar 17.000 dong atau US$ 1,03 per liter dari harga sebelumnya yakni 18.000 dong.
Selain itu, harga bensin jenis oktan 95 juga mengalami penurunan dari 18.500 dong menjadi 17.500 dong per liter. Sedangkan harga solar tidak mengalami perubahan dan dipatok 15.950 seliter.
“Jika harga minyak dunia terus mengalami penurunan, Petrolimex juga akan mengikuti penurunan itu,” jelas salah seorang pejabat Petrolimex.
Para perusahaan minyak memang diperbolehkan untuk menetapkan sendiri harga jual bensin jenis oktan 95 dan oktan 90. Hanya saja, menurut Menteri Perdagangan dan Industri, penurunan yang diberlakukan minimal 500 dong per liter.
Sebelumnya, pada 14 Agustus lalu, Vietnam sudah memangkas sekitar 5,3% harga bahan bakar minyaknya. Namun, harga tersebut masih 25% lebih tinggi dari harga BBM pada awal tahun ini.
Dampak dari harga BBM terakhir dapat dilihat dari indeks harga konsumen (IHK) Vietnam pada bulan September nanti. Harga BBM tersebut secara langsung memberikan kontribusi sebesar 2,58% terhadap IHK.
Sebelum adanya penurunan harga BBM ini, para tenaga ahli dari penentu kebijakan pasar domestik pemerintah Vietnam meramalkan tingkat inflasi bulanan September akan mengalami kenaikan sebesar 1-1,2%. Sebagai perbandingan, tingkat inflasi bulan ini sudah naik 1,56%.
Tingginya harga makanan dan minyak telah mendorong inflasi bulanan di kota Ho Chi Minh. Menurut data dari departemen statistik Ho Chi Minh minggu lalu, tingkat inflasi di pusat bisnis di kota terbesar di negara itu pada bulan Agustus bertengger di level 27,5%.
Sementara itu, harga minyak mentah AS saat ini bertengger di level US$ 116,27 sebarel. Itu artinya, dalam sehari, harga minyak mengalami kenaikan sebesar US$ 1,16. Pemicunya, para trader merasa khawatir badai Guztav akan menghancurkan instalasi minyak dan gas AS di kawasan Teluk Meksiko. Meski demikian, harga tersebut masih jauh lebih rendah dari harga minyak yang sempat menembus rekor tertinggi mencapai US$ 147 per barel pada bulan Juli lalu.