Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pada Minggu (28/7/2024), Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat bahwa jika Washington mengerahkan rudal jarak jauh di Jerman, maka Rusia akan menempatkan rudal serupa dalam jarak serang Barat.
Informasi saja, Amerika Serikat mengatakan pada 10 Juli bahwa mereka akan mulai mengerahkan rudal jarak jauh di Jerman mulai 2026. Ini merupakan persiapan untuk pengerahan jangka panjang yang akan mencakup rudal jelajah SM-6, Tomahawk, dan senjata hipersonik yang sedang dikembangkan.
Mengutip Reuters, dalam pidatonya kepada para pelaut dari Rusia, China, Aljazair, dan India untuk memperingati hari angkatan laut Rusia di bekas ibu kota kekaisaran St Petersburg, Putin memperingatkan Amerika Serikat bahwa tindakan tersebut berisiko memicu krisis rudal ala Perang Dingin.
"Waktu tempuh rudal tersebut ke target di wilayah kita, yang di masa mendatang mungkin dilengkapi dengan hulu ledak nuklir, akan memakan waktu sekitar 10 menit," kata Putin.
Dia menambahkan, "Kami akan mengambil langkah-langkah serupa untuk mengerahkan, dengan mempertimbangkan tindakan Amerika Serikat, satelitnya di Eropa, dan di wilayah lain di dunia."
Baca Juga: Rusia Tawarkan Bonus Rp 357,3 juta kepada Warga Moskow untuk Berperang di Ukraina
Putin, yang mengirim pasukannya ke Ukraina pada tahun 2022, menganggap perang itu sebagai bagian dari perjuangan bersejarah dengan Barat.
Barat, menurutnya, telah mempermalukan Rusia setelah Uni Soviet jatuh pada tahun 1991 dengan melanggar apa yang dianggapnya sebagai wilayah pengaruh Moskow.
Ukraina dan Barat mengatakan Putin terlibat dalam perampasan tanah ala kekaisaran. Mereka telah bersumpah untuk mengalahkan Rusia, yang saat ini menguasai sekitar 18% wilayah Ukraina, termasuk Krimea, dan sebagian dari empat wilayah di Ukraina timur.
Rusia mengatakan tanah itu, yang dulunya bagian dari kekaisaran Rusia, sekarang kembali menjadi bagian Rusia dan tidak akan pernah dikembalikan.
Perang dingin?
Diplomat Rusia dan AS mengatakan hubungan diplomatik mereka lebih buruk dibanding Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Baik Moskow maupun Washington telah mendesak de-eskalasi sementara keduanya telah mengambil langkah-langkah menuju eskalasi.
Putin mengatakan bahwa Amerika Serikat memicu ketegangan dan telah mentransfer sistem rudal Typhon ke Denmark dan Filipina, dan membandingkan rencana AS dengan keputusan NATO untuk menyebarkan peluncur Pershing II di Eropa Barat pada tahun 1979.
Baca Juga: Pejabat Rusia: Bergabungnya Ukraina ke NATO Berarti Perang!
Pimpinan Soviet, termasuk Sekretaris Jenderal Yuri Andropov, khawatir penyebaran Pershing II merupakan bagian dari rencana rumit yang dipimpin AS untuk memenggal kepala Uni Soviet dengan menyingkirkan kepemimpinan politik dan militernya.
"Situasi ini mengingatkan pada peristiwa Perang Dingin yang terkait dengan penyebaran rudal Pershing jarak menengah Amerika di Eropa," kata Putin.
Pershing II, yang dirancang untuk mengirimkan hulu ledak nuklir berdaya ledak variabel, dikerahkan ke Jerman Barat pada tahun 1983.
Pada tahun 1983, Andropov dan KGB menafsirkan serangkaian langkah AS termasuk penyebaran Pershing II dan latihan besar NATO sebagai tanda-tanda bahwa Barat akan meluncurkan serangan pendahuluan terhadap Uni Soviet.
Putin mengulangi peringatan sebelumnya bahwa Rusia dapat melanjutkan produksi rudal berkemampuan nuklir jarak menengah dan pendek dan kemudian mempertimbangkan di mana akan menyebarkannya setelah Amerika Serikat membawa rudal serupa ke Eropa dan Asia.