kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wabah Covid-19 di China Tekan Permintaan Kobalt, Nikel, dan Lithium


Rabu, 11 Mei 2022 / 12:40 WIB
Wabah Covid-19 di China Tekan Permintaan Kobalt, Nikel, dan Lithium
ILUSTRASI. Tesla Model 3 buatan China terlihat saat acara pengiriman di pabriknya di Shanghai, China, 7 Januari 2020. Wabah Covid-19 di China menekan permintaan kobalt, nikel, dan lithium, bahan baku baterai kendaraan listrik . REUTERS/Aly Song.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Wabah Covid-19 di China menekan permintaan kobalt, nikel, dan lithium negara itu lantaran mengganggu transportasi dan memotong produksi baterai kendaraan listrik, menurut pusat riset Antaike.

Di seluruh China, pabrik mobil mengurangi bahkan menangguhkan produksi, Antaike mengungkapkan, ketika kota-kota di seluruh negeri tembok raksasa berjuang untuk mengendalikan virus corona.

"Ada dampak yang relatif besar pada permintaan, sebagian karena penurunan pesanan baterai (kendaraan listrik) dan pembatasan transportasi domestik," kata Antaike, Rabu (11/5), seperti dikutip Reuters.

Salah satu upaya China untuk mengendalikan wabah Covid-19 adalah pembatasan pergerakan truk.

Bagian dari sektor energi terbarukan yang terkonsentrasi di Delta Yangtze dan China tenggara telah terkena dampak parah, Antaike mengatakan, tanpa menyebutkan produk spesifik yang terlibat.

Baca Juga: WHO Sebut Kebijakan Zero-Covid China Tidak Berkelanjutan, Mutasi Virus Jadi Alasan

Beberapa produsen bahan baku baterai kendaraan listrik telah memangkas produksi sebesar 15% hingga 40%, sangat mengurangi permintaan input mereka seperti lithium, menurut Antaike yang berbasis di Beijing.

Produksi untuk bahan baku baterai lain juga menurun. Output kobalt olahan pada April lalu turun 7% dibanding Maret menjadi 9.700 ton, dengan produksi kobalt sulfat 5.473 ton, turun 4,8%.

"Jika dampaknya berlangsung lama, itu akan mempengaruhi produksi kobalt, dan produsen secara progresif bakal mengalami kerugian sambil menutupi biaya tinggi," ungkap Antaike, pusat riset milik negara.

Produksi katoda nikel bulan lalu turun 5,9% dari Maret di 11.953 ton, Antaike menambhakan. Tetapi, ini sebagian besar karena pekerjaan pemeliharaan oleh beberapa produsen.

Meskipun ada kesulitan saat ini, Antaike memperkirakan, permintaan mineral akan pulih karena aktivitas pabrik kembali secara bertahap dan sebagian besar produsen kendaraan mempertahankan target produksi tahunan.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×