kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.378   49,00   0,30%
  • IDX 7.859   -31,86   -0,40%
  • KOMPAS100 1.103   -7,60   -0,68%
  • LQ45 822   -6,76   -0,82%
  • ISSI 265   -0,92   -0,35%
  • IDX30 425   -3,33   -0,78%
  • IDXHIDIV20 494   -1,99   -0,40%
  • IDX80 124   -0,75   -0,60%
  • IDXV30 131   0,35   0,27%
  • IDXQ30 138   -0,83   -0,60%

Wall Street Nantikan Sinyal Pemangkasan Suku Bunga dari Powell di Jackson Hole


Jumat, 22 Agustus 2025 / 17:40 WIB
Wall Street Nantikan Sinyal Pemangkasan Suku Bunga dari Powell di Jackson Hole
ILUSTRASI. Wall Street tengah menantikan pidato penting Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam Simposium Jackson Hole pada Jumat ini.. REUTERS/Jeenah Moon


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street tengah menantikan pidato penting Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam Simposium Jackson Hole pada Jumat ini.

Pasar berharap Powell memberikan konfirmasi terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga pada September, sebuah momen yang berpotensi menjadi penentu arah pasar keuangan, khususnya bagi sektor-sektor yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Latar Belakang: Suku Bunga dan Tekanan Tarif Trump

Pertemuan tahun ini berlangsung setelah sepekan penuh data ekonomi yang memberikan sinyal beragam mengenai daya tahan ekonomi AS terhadap tarif impor besar-besaran yang diberlakukan Presiden Donald Trump. Kondisi ini membuat jalan menuju pemangkasan suku bunga semakin rumit.

Sejak September 2024, The Fed telah memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin, diikuti pemangkasan 25 basis poin pada November dan Desember. Setelah itu, bank sentral menahan kebijakan.

Baca Juga: Wall Street Melemah, Investor Menanti Sinyal The Fed di Jackson Hole

Kini, meningkatnya ekspektasi pemangkasan pada September telah mendorong saham-saham sektor perumahan, perbankan, hingga ritel, meskipun nada hawkish Powell berpotensi memberi tekanan balik.

Berikut adalah gambaran kinerja saham-saham sensitif suku bunga sejak siklus pemangkasan dimulai pada September 2024:

Sektor Perumahan: Harapan Bangkit, Tapi Butuh Lebih Banyak Pemangkasan

Pasar perumahan sangat bergantung pada suku bunga KPR yang masih tinggi dan menekan permintaan rumah baru. Data terbaru menunjukkan pembangunan rumah tapak sempat meningkat pada Juli, tetapi jumlah izin mendirikan bangunan—indikator aktivitas ke depan—jatuh ke level terendah dalam lima tahun.

Indeks homebuilders (.HGX) sempat melemah akhir tahun lalu ketika The Fed menurunkan proyeksi jumlah pemangkasan bunga. Namun, meningkatnya ekspektasi pemangkasan baru-baru ini kembali memicu reli, bahkan indeks tersebut mencatat lonjakan bulanan terbesar sejak Juli 2024. Meski begitu, analis menilai sektor ini membutuhkan pemangkasan suku bunga berulang untuk benar-benar pulih.

Perbankan: Diuntungkan Yield Curve yang Melebar

Kondisi bagi perbankan lebih kompleks. Biasanya, bank meraup keuntungan lebih besar ketika suku bunga naik karena mereka dapat mengenakan biaya pinjaman lebih tinggi. Namun, persaingan simpanan memaksa bank menaikkan bunga tabungan, sehingga menekan margin.

Selain itu, bank merasakan tekanan ketika yield curve datar atau terbalik, karena pinjaman jangka panjang memberi margin tipis. Sebaliknya, yield curve yang curam memperluas margin keuntungan.

Saat ini, kurva imbal hasil AS tengah melebar, seiring turunnya imbal hasil obligasi jangka pendek akibat ekspektasi pemangkasan Fed, memberi angin segar bagi sektor perbankan.

Baca Juga: BI Prediksi The Fed Pangkas Bunga Dua Kali Tahun Ini

Small-Caps: Sensitif Terhadap Biaya Pinjaman

Perusahaan berkapitalisasi kecil sangat bergantung pada pembiayaan eksternal. Turunnya biaya pinjaman akan memberi mereka modal lebih besar untuk beroperasi, bahkan membuka peluang refinancing utang dengan biaya lebih murah.

Meski indeks Russell 2000 (.RUT) sempat menyentuh rekor pada November lalu, kinerjanya kemudian tertinggal dibanding S&P 500 (.SPX) seiring sikap hati-hati Fed. Jika suku bunga turun lagi, sektor ini berpotensi mendapatkan dorongan signifikan.

Utilitas: Saham Penopang Stabil di Tengah Yield yang Turun

Saham utilitas kerap diperlakukan sebagai proxy obligasi karena memberikan aliran pendapatan stabil. Dengan turunnya imbal hasil obligasi pemerintah, sektor ini ikut terdorong naik.

Sejak pemangkasan terakhir Desember lalu, sub-indeks utilitas (.SPLRCU) melonjak lebih dari 15%. Emiten seperti Constellation Energy (CEG.O) dan Vistra (VST.N) memimpin reli, didukung ekspektasi lonjakan permintaan listrik dari pusat data berteknologi tinggi, terutama untuk pengembangan AI.

Baca Juga: Trump Desak Gubernur The Fed Lisa Cook Mundur karena Dugaan Hipotek

Ritel: Didukung Konsumsi Rumah Tangga yang Resilien

Konsumsi rumah tangga yang menyumbang sekitar 70% ekonomi AS juga mendapat dorongan dari potensi suku bunga lebih rendah. Meski awal tahun sektor ritel tertekan oleh kekhawatiran tarif Trump yang bisa memicu inflasi, data penjualan ritel tetap menunjukkan ketahanan.

Sejak Maret 2025, indeks konsumen diskresioner S&P 500 (.SPLRCD) naik hampir 16% hingga Mei, menandakan optimisme baru. Saham eBay (EBAY.O) dan Tapestry (TPR.N) memimpin kenaikan, sedangkan Deckers Outdoor (DECK.N) dan Lululemon Athletica (LULU.O) tertinggal.

Selanjutnya: Delta Sukses Teknologi Rayakan Semangat Kemerdekaan Lewat Aksi Peduli Bumi

Menarik Dibaca: Perayaan 50 Tahun, Polytron Hadirkan Fun Run hingga Konser Musik




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×