Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON/PARIS. Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance membantah telah merendahkan Inggris dan Prancis terkait rencana pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina.
Sebelumnya, Vance menyebut pasukan tersebut sebagai "20.000 tentara dari beberapa negara acak yang tidak pernah berperang dalam 30 atau 40 tahun."
Pernyataan itu memicu kecaman dari politisi dan veteran Inggris serta Prancis, yang menilai Vance tidak menghormati tentara mereka yang bertempur dan gugur di Afghanistan serta Irak bersama pasukan AS.
Baca Juga: 5 Momen Terbaik dalam Debat Calon Wapres AS antara Vance dan Walz Sebelum Pemilu
Vance menegaskan bahwa komentarnya tidak menyinggung Inggris atau Prancis. "Saya bahkan tidak menyebut Inggris atau Prancis dalam klip tersebut. Mereka telah bertempur dengan gagah berani bersama AS selama 20 tahun terakhir," tulisnya di X.
Saat ini, hanya Inggris dan Prancis yang secara terbuka berkomitmen mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina.
Vance mengklarifikasi bahwa pernyataannya merujuk pada negara-negara lain yang mungkin bergabung dalam "koalisi yang bersedia," seperti yang disebut Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.
Sejumlah politisi Inggris dan Prancis mengecam pernyataan Vance. James Cartlidge, juru bicara pertahanan Partai Konservatif Inggris, menyebutnya "sangat tidak sopan." Johnny Mercer, veteran dan mantan menteri pertahanan junior Inggris, bahkan menyebut Vance "badut."
Baca Juga: Miliarder Ini Merasa Kasihan pada Tim Walz dalam Debat Calon Wapres AS
Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu menegaskan penghormatan terhadap para veteran sekutu dan memastikan veteran Prancis dihormati.
Partai Renaissance, yang dipimpin Presiden Emmanuel Macron, menyatakan di X bahwa tentara Prancis dan Inggris yang gugur dalam pertempuran layak mendapatkan lebih dari sekadar penghinaan dari Wakil Presiden AS.
Nigel Farage, pemimpin Partai Reformasi Inggris dan sekutu dekat Presiden AS Donald Trump, juga mengkritik Vance dengan menyatakan komentarnya "salah, salah, salah."
Taylor Van Kirk, juru bicara Vance, menyatakan bahwa tidak ada negara Eropa yang memiliki kekuatan militer untuk menghalangi Rusia tanpa bantuan AS.
Baca Juga: Highlights Debat Calon Wapres AS antara Tim Walz dan JD Vance, Soroti Isu Ekonomi
Ia menambahkan bahwa meskipun banyak negara Eropa telah mendukung misi NATO, kontribusi mereka tidak setara dengan skala mobilisasi yang diperlukan untuk mempertahankan Ukraina.
Dalam wawancara dengan Fox News, Vance menyebut cara terbaik untuk menjamin perdamaian di Ukraina adalah dengan membuka sumber daya mineral negara itu bagi AS. "Jaminan keamanan terbaik adalah memberikan keuntungan ekonomi bagi Amerika di masa depan Ukraina," ujarnya.