kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Waspada! Kasus perompakan di Selat Singapura naik tajam


Rabu, 15 Januari 2020 / 17:04 WIB
Waspada! Kasus perompakan di Selat Singapura naik tajam
ILUSTRASI. Kapal dan kontainer di Pelabuhan PSA Keppel Singapura, Jumat (9/3/2018).


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Negara-negara di sekitar Selat Singapura harus meningkatkan pengawasan dan patroli, setelah terjadi peningkatan tajam dalam insiden pembajakan tahun lalu.

Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery Against Ships in Asia (ReCAAP) mencatat, sepanjang 2019 terjadi 31 insiden pembajakan dan perompakan bersenjata di Selat Singapura.

Jumlah tersebut melonjak dibandingkan dengan kejadian di 2018 yang hanya 7 kasus, sekaligus yang tertinggi sejak 2015 lalu dengan 99 kasus.

Baca Juga: Jokowi minta ASEAN benahi keamanan lintas batas Insiden di Selat Singapura terjadi di tengah sedikit peningkatan dalam pembajakan dan perompakan di seluruh perairan Asia, dengan 82 kasus, terendah kedua sejak 2007.

Kejadian di Asia terutama merupakan kasus kecil seperti perompakan besi, walaupun beberapa memang melibatkan pisau, parang, termasuk senjata api.

"Kami meminta negara-negara pesisir, Singapura, Indonesia, dan Malaysia, untuk meningkatkan pengawasan dan kontrol di Selat Singapura karena peningkatan insiden yang cepat ini," kata Direktur Eksekutif ReCAAP Masafumi Kuroki, Rabu (15/1), seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Cegah perompakan, RI ikut operasi militer Filipina

ReCAAP, menurut Kuroki, telah menerima sejumlah pertanyaan dari perusahaan-perusahaan pelayaran yang menyatakan keprihatinan atas lonjakan kejadian pembajakan dan perompakan di Selat Singapura.

Kementerian Pertahanan Singapura menyatakan, para pemimpin militer dari Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Thailand akan mengadakan pembicaraan pada pekan ini di Singapura untuk membahas peningkatan pembajakan dan perompakan di Selat Singapura

"Dan membicarakan kemungkinan langkah-langkah untuk mengatasi insiden pembajakan dan perompakan di Selat Singapura," sebut Kementerian Pertahanan Singapura, Rabu (15/1), seperti dilansir Reuters.

Otoritas Pelabuhan Maritim Singapura mengatakan, butuh "perhatian serius" terhadap kasus pembajakan dan perompakan bersenjata baru-baru ini. Mereka telah memberikan peringatan kepada kapal-kapal untuk melakukan kewaspadaan saat melintasi Selat Singapura.

Baca Juga: di KTT ASEAN, Indonesia usulkan tiga upaya wujudkan kerjasama Indo-Pasifik

"Serangan itu terjadi terhadap berbagai kapal dan kargo yang menunjukkan bahwa mereka oportunistis dan bukan sasaran," kata Ian Ralby, pakar kejahatan maritim yang bekerja dengan PBB dan lembaga think tank Atlantic Council AS kepada Reuters.

"Perhatian akan ditingkatkan dan langkah-langkah tambahan mungkin diambil, tetapi untuk alasan geografis, ekonomi, dan praktis, status Singapura dalam perdagangan maritim tidak akan rusak," imbuhnya.

Tetapi, Bilveer Singh, profesor di Departemen Ilmu Politik Universitas Nasional Singapura, menyebutkan, peningkatan kasus tersebut datang saat perdagangan maritim Singapura menderita akibat perang dagang AS-China dan perlambatan ekonomi global.

Baca Juga: Akan dipasang pendeteksi ancaman di perairan Sulu

Untuk saat ini, dampak terhadap industri pelayaran cukup rendah. "Meskipun akan menjadi berita utama, dampaknya ke sektor pengiriman tidak akan setinggi itu," kata Jack Marriott-Smalley, Direktur Charles Taylor Mutual Management, penyedia layanan asuransi.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×