Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Negara-negara mitra dagang China mulai mewaspadai kelesuan ekonomi negara tersebut. Jepang, misalnya, memangkas output manufakturnya karena pelemahan ekonomi Tiongkok akan berdampak pada sektor perindustrian negeri sakura itu.
Mengutip Reuters pada Rabu (21/12), laporan ekonomi dari Kantor Kabinet Jepang tengah bergulat dengan pertumbuhan ekonomi global yang lamban. Di sisi lain, tingginya biaya impor telah membebani aktivitas ekspor dan manufakturnya.
“Pemerintah memangkas pandangannya pada output manufaktur untuk pertama kalinya dalam enam bulan karena permintaan global untuk semikonduktor terhenti. Tetapi penilaiannya terhadap ekonomi secara keseluruhan tidak berubah yakni membaik secara moderat,” kata seorang pejabat Kantor Kabinet.
Ia menyatakan situasi tekanan China berdampak pada rantai pasokan atau perdagangan. Hal itu juga dapat berdampak pada ekonomi Jepang seperti yang telah kita lihat awal tahun ini.
Baca Juga: Larangan Penggunaan TikTok Bagi Pegawai Pemerintah di AS Mengancam Pendapatan Iklan
Sementara itu, Tokyo meningkatkan pandangannya pada sentimen bisnis untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir. Jepang menyebut perekonomian dan bisnis telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Sebelumnya, pemerintah mengatakan pemulihan sentimen bisnis terhenti. Di sisi lain, korporasi membukukan laba yang optimis, dan laba pabrikan terutama digelembungkan oleh yen yang lemah.
Dukungan pemerintah untuk program diskon perjalanan domestik dan pembukaan kembali untuk wisatawan asing membantu suasana bisnis non-produsen. Di bidang ekonomi utama lainnya, Kantor Kabinet membiarkan pandangannya tentang konsumsi swasta tidak berubah dengan mengatakan bahwa itu meningkat secara moderat.
Laporan tersebut menegaskan kembali bahwa pemerintah mengharapkan Bank of Japan untuk mencapai target inflasi 2% secara stabil. Sebelumnya, Bank sentral Jepang itu telah mengejutkan pasar pada hari Selasa (20/12).
Bank of Japan melakukan perubahan mengejutkan pada kontrol imbal hasil obligasi yang memungkinkan suku bunga jangka panjang naik lebih banyak. Ini menjadi sebuah langkah yang bertujuan untuk meringankan beberapa biaya stimulus moneter yang berkepanjangan.