kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

WHO: Jam kerja yang panjang adalah pembunuh


Senin, 17 Mei 2021 / 08:53 WIB
WHO: Jam kerja yang panjang adalah pembunuh
ILUSTRASI. WHO mengatakan, bekerja dengan jam kerja yang panjang sudah membunuh ratusan ribu orang setiap tahun. Foto: DOK Shutterstock


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, bekerja dengan jam kerja yang panjang sudah membunuh ratusan ribu orang setiap tahun. Ini menjadi tren buruk yang mungkin semakin meningkat akibat pandemi Covid-19.

Melansir Reuters, dalam studi global pertama tentang hilangnya nyawa terkait dengan jam kerja yang lebih panjang, makalah di jurnal Environment International menunjukkan bahwa 745.000 orang meninggal karena stroke dan penyakit jantung terkait dengan jam kerja yang panjang pada tahun 2016.

Angka itu meningkat hampir 30% dari tahun 2000.

"Bekerja 55 jam atau lebih per minggu merupakan bahaya kesehatan yang serius," kata Maria Neira, direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO seperti yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Waspada, WHO sebut pandemi Covid-19 bisa semakin parah pada tahun 2021

"Yang ingin kami lakukan dengan informasi ini adalah mempromosikan lebih banyak tindakan, lebih banyak perlindungan terhadap pekerja," katanya.

Studi bersama, yang diproduksi oleh WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional, menunjukkan bahwa sebagian besar korban (72%) adalah laki-laki dan berusia paruh baya atau lebih. Seringkali, kematian terjadi jauh di kemudian hari, kadang-kadang beberapa dekade kemudian.

Studi juga menunjukkan bahwa orang yang tinggal di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat - wilayah yang ditentukan WHO yang mencakup China, Jepang dan Australia - adalah yang paling terpengaruh.

Baca Juga: Meski ditentang WHO, obat anti-parasit tetap digunakan di India untuk atasi Covid-19



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×