kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

WHO: Separuh dari kasus corona dan kematian global hanya terjadi di 4 negara


Senin, 09 November 2020 / 23:50 WIB
WHO: Separuh dari kasus corona dan kematian global hanya terjadi di 4 negara


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Hingga Senin (9/11), data yang masuk ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, hampir 50 juta kasus virus corona baru global, dan lebih dari 1,2 juta orang meninggal akibat Covid-19.

"Separuh dari semua kasus dan kematian hanya terjadi di empat negara," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat membuka Majelis Kesehatan Dunia secara virtual, Senin (9/11), dikutip dari laman WHO.

Keempat negara itu: Amerika Serikat yang sudah mencatat 10 juta kasus virus corona, mengacu hitungan Reuters pada Senin (9/11), lalu India, Brasil, dan Rusia.

Tapi, Tedros mengatakan, ada banyak negara dan wilayah yang berhasil mencegah atau mengendalikan penularan virus corona, dengan pendekatan komprehensif berbasis bukti.

Baca Juga: Saat gelombang ketiga virus corona, kasus infeksi di AS lampaui 10 juta

Virus corona tidak memandang retorika politik

Meski begitu, beberapa negara, terutama di Eropa dan Amerika, sekarang memberlakukan kembali pembatasan untuk mengatasi gelombang baru virus corona yang mereka hadapi, dan mencegah sistem kesehatan kewalahan.

"Kita mungkin bosan dengan Covid-19. Tapi, itu tidak membuat kita lelah," tegas Tedros.

"Ya, itu (virus corona) memangsa mereka yang kesehatannya lebih lemah. Tapi, itu memangsa kelemahan lain, juga: ketidaksetaraan, perpecahan, penyangkalan, angan-angan, dan ketidaktahuan yang disengaja," imbuhnya.

"Kita tidak bisa bernegosiasi dengannya, atau menutup mata kita dan berharap itu (virus corona) pergi. Dia tidak memperhatikan retorika politik atau teori konspirasi," ujar Tedros.

Harapan satu-satunya adalah sains, solusi, dan solidaritas. "Itulah yang dilakukan WHO sejak awal," sebut dia.

Selanjutnya: Efek perlindungan vaksin corona Pfizer-BioNTech bisa bertahan setahun



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×