Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -FRANKURT/MANILA. Wirecard akhinya membuat peryataan resmi, Senin(22/6). Platform pembayaran digital besar di Jerman ini menyatakan bahwa dana sebesar 1,9 miliar euro (US$ 2,1 miliar) dari akunnya kemungkinan tidak pernah ada.
Tak pelak, platform pembayaran digital asal Jerman yang sempat sohor ini kini sedang melihat peluang menjual dan menutup unit bisnisnya agar terhindar dari krisis uang tunai yang menjulang . Apalagi, Wirecard juga tengah memproses pembayaran untuk perusahaan termasuk Visa (NYSE: V) dan Mastercard (NYSE: MA).
Wirecard mengaku saat ini sedang berjuang untuk menopang keuangannya dan telah menunjuk bank investasi Houlihan Lokey (NYSE: HLI) dalam mencari kesepakatan dengan para kreditor. Langkah ini dilakukan pasca peringkat kreditnya terpotong menjadi 'sampah' oleh lembaga pemeringkat Moody's (NYSE: MCO) pada hari Jumat.
Dalam sebuah pernyataan, Wirecard juga menarik laporan keuangan tahun 2019 dan mengatakan sedang memeriksa pemotongan biaya untuk mengatasi krisis yang telah meghapus kisah sukses sektor teknologi Jerman.
"Manajemen Wirecard menilai bahwa ada kemungkinan yang berlaku bahwa saldo rekening bank kepercayaan dalam jumlah 1,9 miliar EUR tidak ada," kata manajemen Wirecard dalam peryataan resmi, seperti dikutip dari Reuters, Senin (22/6).
Sebelumnya Wirecard mengatakan auditor EY telah menolak untuk menutup akun 2019-nya karena tidak dapat mengkonfirmasi keberadaan 1,9 miliar euro dalam saldo kas Wirecard.
EY secara teratur menyetujui akun Wirecard dalam beberapa tahun terakhir, tapi menolak meneken laporan keuangan Wirecard tahun 2019 lantaran gagal mengonfirmasi hasil penyelidikan eksternal oleh KPMG pada bulan April, yang kemudian terbongkar dalam laporan investigasi oleh Financial Times.
Pasca skandal itu terbongkar, Kepala eksekutif Wirecard Markus Braun digantikan oleh James Freis, mantan pejabat kepatuhan di bursa efek Jerman.
Wirecard kini di bawah pengawasan sejak munculnya whistleblower yang mengatakan Wirecard telah membuat jaringan transaksi palsu. Ini memuncak dalam upaya pencarian uang tunai yang hilang juga menemui jalan buntu di Filipina.
Baca Juga: Bank sentral: Mega skandal Wirecard US$ 2,1 miliar tak masuk dua bank besar Filipina
Bank sentral Filipina mengatakan tidak ada uang masuk ke negara itu, setelah Bank Kepulauan Filipina (BPI) dan BDO Unibank mengatakan dokumen yang menunjukkan bahwa Wirecard telah menyetor dana ke mereka adalah palsu. Kedua bank besar di Filipina ini mengatakan Wirecard bukan klien mereka.
BPI mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah menangguhkan asisten manajer yang tanda tangannya muncul di salah satu dokumen, sementara BDO mengatakan kepada bank sentral bahwa salah satu petugas pemasarannya tampaknya telah membuat sertifikat bank.
"Bank sentral sebenarnya juga melakukan penyelidikan sendiri," ujar Bangko Sentral ng Gubernur Pilipinas Benjamin Diokno dalam saluran televisi ANC, Senin, (22/6)
Wirecard, perusahaan digital system pembayaran yang berbasis di Munich sebelumnya banjir pujian, menyusul keberhasilan fintech yang tumbuh di rumah. Bahkan, perusahaan ini didorong ke dalam indeks DAX blue-chip Jerman pada tahun 2018.
Tak pelak, Analis di Mirabaud mengatakan keanggotaan DAX sekarang benar-benar tidak pantas dan harus ditinjau.
Beberapa pihak juga khawatir skandal yang berkembang ii akan merusak reputasi Jerman. “Pengawas keuangan negara itu Bafin telah gagal dalam tugasnya,” ujar Fabio De Masi, seorang anggota parlemen di Bundesta.
Wirecard dalam bisninya beroperasi baik sebagai penerbit kartu pembayaran nyata dan 'virtual' kepada konsumen. Wirecard juga sebagai pengakuisisi atas nama pedagang.
Perusahaan ini juga telah memasarkan dirinya sebagai platform pembayaran universal yang diposisikan untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan pembayaran digital. Perusahaan ini juga meluncurkan aplikasi pembayaran smartphone untuk pedagang dan konsumen