Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - GENEVA. Kedigdayaan Amerika Serikat mulai luntur. Mengutip Times pada Rabu (9/10), World Economic Forum (WWF) mengatakan pada sektor ekonomi, Amerika Serikat kurang kompetitif dibandingkan setahun lalu. Selain itu, perekonomian global tetap terpincang lantaran rendahnya produktivitas meskipun sejak satu dekade lalu bunga acuan rendah dari bank sentral.
Dalam penilaian terbarunya tentang faktor-faktor di balik produktivitas dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang, organisasi yang paling terkenal dengan pertemuan tahunan para elit di resor ski Swiss Davos ini menemukan Singapura mengungguli Amerika Serikat.
Singapura dinilai sebagai negara paling kompetitif, dibantu oleh sebagian kecil oleh infrastruktur canggih dan kerjasama yang kuat antara tenaga kerja dan manajemen.
Global Competitiveness Report, yang kini berusia 40 tahun, mengatakan AS kehilangan langkah dalam hal-hal seperti harapan hidup sehat dan kesiapan untuk keterampilan masa depan yang dibutuhkan di abad ke-21. Adapun Hong Kong, Belanda, dan Swiss berada di peringkat lima teratas.
Baca Juga: Jokowi minta WEF bahas pengembangan SDM dalam pertemuan tahunannya
Indeks laporan memetakan lanskap kompetitif 141 ekonomi berdasarkan lebih dari 100 indikator dalam selusin kategori. Kategori-kategori tersebut termasuk aspek kesehatan, sistem keuangan, ukuran pasar, dinamika bisnis dan kapasitas untuk berinovasi.
AS memang tetap menjadi pusat inovasi dan ekonomi besar paling kompetitif di dunia, dan meskipun ada prospek kesenjangan keterampilan di masa depan, AS masih menempati peringkat tinggi untuk kemudahan menemukan karyawan yang terampil saat ini.
Pendiri WEF Klaus Schwab menyebut indeks itu sebagai petunjuk arah untuk berkembang dalam ekonomi baru di mana inovasi menjadi faktor kunci daya saing.
Para penulis laporan ini mengatakan masih terlalu dini untuk menilai sepenuhnya dampak dari beberapa faktor operasi dalam ekonomi dunia selama setahun terakhir. Terutama meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China yang menyebabkan tarif pada barang-barang bernilai ratusan miliar dolar yang dikenakan.
Mereka menemukan tanda-tanda bahwa perdagangan telah membuat beberapa ekonomi mendapat keuntungan karena bisnis mencari alternatif ke China.
Baca Juga: China's factory inflation slows as manufacturing stumbles; food prices soar
Peningkatan 10 peringkat itu sebagian karena ekonomi telah dapat menggunakan situasi saat ini dalam hal perang perdagangan untuk menarik beberapa investasi agar dapat menjadi sedikit lebih banyak dari pusat perdagangan regional," jelas Saadia Zahidi, kepala Pusat WEF untuk Ekonomi dan Masyarakat Baru.
Zahidi mengatakan belum ada informasi yang cukup untuk menilai dampak penuh tarif terhadap daya saing, tetapi langkah-langkah pembatasan perdagangan tampaknya terkait dengan penurunan sentimen bisnis yang dapat menjadi pertanda buruk bagi ekonomi global.