Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Presiden China Xi Jinping memperingatkan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia itu sedang menghadapi periode 'perubahan yang bergejolak' akibat meningkatnya risiko pasar eksternal yang mengharuskan pembuat kebijakan untuk semakin bergantung pada permintaan domestik untuk memacu pertumbuhan.
Melansir Reuters, Xi yang memimpin seminar pada hari Senin dengan sekelompok penasihat kebijakan dan ekonom negara, membahas tren ekonomi jangka menengah hingga jangka panjang negara itu dalam persiapan untuk penyusunan rencana Lima Tahun ke-14.
Cetak biru ekonomi lima tahunan diharapkan akan diumumkan dalam pertemuan parlemen tahunan tahun depan. Xi mengatakan, China harus bersiap untuk "periode perubahan yang bergejolak" karena pandemi virus corona telah mempercepat proteksionisme, menghantam ekonomi dunia dan mengganggu rantai pasokan.
Baca Juga: Xi Jinping: China menawarkan akses pasar yang lebih luas
"Di masa mendatang, kami akan menghadapi lebih banyak lagi hambatan di lingkungan eksternal, dan kami harus siap menghadapi serangkaian risiko dan tantangan baru," katanya, menurut komentar yang dirilis oleh kantor berita negara Xinhua Senin malam.
Xi mengatakan pasar domestik akan mendominasi siklus ekonomi nasional di masa depan, tetapi berjanji untuk lebih membuka ekonomi China.
Meskipun Xi tidak membuat referensi langsung untuk mengintensifkan ketegangan AS-China, dia mengisyaratkan kesediaan China untuk menangani masalah dengan Amerika Serikat.
Baca Juga: Dalam 15 Tahun, China Akan Membangun Jalur Kereta Logistik Canggih
“Kita harus bekerja sama secara aktif dengan semua negara, kawasan, dan perusahaan yang bersedia bekerja sama dengan kita, termasuk negara bagian, lokalitas, dan perusahaan di Amerika Serikat,” katanya.
Amerika Serikat dan China telah terlibat aksi saling balas perang tarif dalam hampir dua tahun terakhir dan retorika kemarahan, dengan ketegangan antara dua negara adidaya ekonomi tumpah ke daerah lain.
AS telah memberikan sanksi kepada perusahaan dan individu China yang terkait dengan tindakan keras keamanan di Hong Kong dan hak asasi manusia, melarang aplikasi video milik China, menghukum akademisi China, dan menutup konsulat Beijing di Houston dalam beberapa bulan terakhir.