Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - KYIV. Presiden Ukraina, Vlodymyr Zelenskiy, pada hari Selasa (25/7) kembali mengingatkan para pejabatnya untuk menjauh dari korupsi dan upaya pengkianatan selama masa perang.
Seruan anti-korupsi Zelenskiy ini disampaikan dalam sebuah video pidato kepada para anggota parlemen, menyusul adanya dugaan korupsi yang dilakukan oleh Kepala Kantor Rekrutmen Militer di Odesa, Yevhen Borysov.
"Izinkan saya memperingatkan semua Anggota Parlemen, pejabat dan semua orang yang bekerja sebagai pegawai negeri. Warga Ukraina yang mendukung upaya perang sangat marah dengan praktik korupsi," kata Zelenskiy, dikutip Reuters.
Baca Juga: Ukraina Diklaim Berhasil Rebut Kembali 50% Wilayah yang Direbut Rusia
Zelenskiy mengingatkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang memaafkan anggota parlemen, hakim, pejabat militer, atau pejabat lainnya jika mereka melakukan pengkhianatan terhadap negara.
Teguran keras Zelenskiy ini merupakan bagian dari kebijakan lama untuk membersihkan departemen militer dan pemerintah. Langkah ini juga dinilai dapat menunjukkan kepada mitra Ukraina di Barat bahwa Zelenskiy serius dalam menangani korupsi yang mengakar.
Upaya anti-korupsi juga menjadi salah satu elemen utama dalam penilaian keanggotaan Uni Eropa yang diincar Ukraina.
Baca Juga: Ukraina: Pasukan Rusia Kini Terperangkap di Bakhmut
Kasus Korupsi dan Makar
Badan Nasional Pencegahan Korupsi Ukraina mengatakan bahwa Borysov dituduh memperoleh dana mencurigakan dan tanpa penjelasan yang nilainya setara dengan US$5 juta.
Borysov kini telah mendapat perintah penahanan pra-sidang, dengan jaminan ditetapkan setara dengan lebih dari US$4 juta.
Sejumlah media Ukraina baru-baru ini juga melaporkan tentang bagaimana keluarga Borysov mendapatkan properti di luar negeri, termasuk Spanyol.
Baca Juga: Zelenskiy: Kami Butuh Senjata Barat Agar Serangan Balasan Bisa Segera Dilakukan
Investigasi awal menunjukkan bahwa Borysov telah memperoleh sejumlah besar uang melalui pinjaman dari mitra bisnisnya selama perang dengan Rusia berlangsung.
Tidak hanya itu, seorang anggota parlemen bernama Oleksandr Ponomaryov juga diduga bekerja sama dengan Rusia di wilayah tenggara yang telah diduduki Moskow. Ponomaryov telah ditangkap sambil menunggu persidangan atas tuduhan makar.
Dugaan tersebut semakin kuat karena Ponomaryov merupakan seorang anggota parlemen yang dianggap pernah berhubungan dengan kelompok yang mendukung Rusia.