kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Zelensky Mencoba Dekati Xi Jinping, Berharap China Bisa Hentikan Perang


Kamis, 04 Agustus 2022 / 10:07 WIB
Zelensky Mencoba Dekati Xi Jinping, Berharap China Bisa Hentikan Perang
ILUSTRASI. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.


Sumber: South China Morning Post | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - KIEV. Presiden Ukraina, Vlodomyr Zelensky, sedang berusaha mencari cara untuk bisa berdialog secara langsung dengan Presiden China, Xi Jinping, dan memanfaatkan pengaruhnya untuk menghentikan perang.

Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Zelensky berencana mendesak China untuk menggunakan kedekatannya dengan Rusia untuk membujuk negara itu agar mau menghentikan perang.

"China adalah negara yang sangat kuat. Mereka memiliki ekonomi yang kuat. Jadi, secara politik dan ekonomi mereka bisa mempengaruhi Rusia. China juga anggota tetap Dewan Keamanan PBB," ungkap Zelensky hari Kamis (4/8).

Baca Juga: Kritik Kunjungan Pelosi ke Taiwan, Rusia dan Korut Berikan Dukungan untuk China

Zelensky, pada hari Rabu (3/8), berharap agar China bergabung dan bersatu dengan dunia yang menentang tirani Rusia.

"Untuk saat ini, China sedang berusaha menyeimbangkan dan memang memiliki netralitas. Saya akan berkata jujur, netralitas lebih baik daripada jika China bergabung dengan Rusia," lanjut Zelensky.

Bahkan ketika China sedang sibuk mengawasi Taiwan, Zelensky berharap China tetap netral dalam memandang permasalahan antara Ukraina dan Rusia.

Baca Juga: Rusia: Negara Barat Justru Bisa Memicu Perang Nuklir di Ukraina

Saat ini China sedang fokus menanggapi langkah AS yang mengirim ketua DPR mereka, Nancy Pelosi, ke Taiwan. Kunjungan berkedok dukungan demokrasi itu dianggap China sebagai bentuk dukungan AS terhadap wilayah pemberontak.

Banyak pihak yang menilai bahwa tidak lama lagi China juga akan menginvasi Taiwan, seperti halnya yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

Meski dekat dengan AS, para pejabat Ukraina untuk saat ini masih memilih diam dan tidak memberikan komentar terkait kunjungan Pelosi.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×