kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inggris cuma punya tiga hari susun proposal Brexit


Jumat, 16 Juni 2017 / 09:49 WIB
Inggris cuma punya tiga hari susun proposal Brexit


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

LONDON. Pemerintah Inggris kini tengah berkejaran dengan waktu. Pasalnya, Negeri Ratu Elizabeth itu hanya memiliki tiga hari untuk menemukan rencana proposal Brexit.

Pada Kamis (15/6) kemarin, Inggris mengonfirmasi, bahwa pembicaraan perceraian secara resmi dengan Uni Eropa akan dimulai pada Senin (19/6) mendatang. Namun, hingga saat ini, masih belum jelas posisi negosiasi yang akan dijalankan.

Pada pemilu yang berlangsung pekan lalu, Perdana Menteri Theresa May kehilangan kursi mayoritas di parlemen. Kondisi ini memicu tanda tanya besar mengenai strategi Brexit hardline May.

May hingga kini masih berupaya untuk mengamankan dukungan partai-partai kecil yang memilih bahwa dia harus membentuk pemerintahan. Dan hal ini belum jelas hingga Rabu mendatang, apakah dia akan memimpin mayoritas di parlemen.

Sementara itu, ada perdebatan terbuka mengenai bagaimana Inggris harus melakukan pendekatan dengan Uni Eropa, setelah warga Inggris memilih untuk hengkang dari Uni Eropa.

"Subjek yang akan kita hadapi sangat kompleks dilihat dari segi teknis, yudikatif, dan finansial," jelas Michel Barnier, juru runding utama Uni Eropa pada awal pekan ini.

Sebelumnya, May berjanji untuk membawa Inggris keluar dari blok perdagangan Uni Eropa dan memangkas jumlah orang yang datang ke Inggris dari Eropa. Dia bahkan mengancam akan balik badan dari Eropa tanpa membayar biaya perceraian atau memboikot perjanjian perdagangan baru.

Namun, hasil pemilu yang mengejutkan menjegal langkah May. Komunitas bisnis dan sebagian anggota parlemen ingin mempertahankan hubungan dekat dengan Eropa. Kini, mereka menekan Perdana Menteri untuk mengubah pendekatannya.

Airbus, contohnya, mengancam akan memindahkan produksi baru mereka ke luar Inggris jika mereka menghadapi hambatan perdagangan baru atau larangan atas perekrutan pekerja Uni Eropa di Inggris.

Mempertahankan integrasi ekonomi yang dekat setelah Brexit berarti Inggris harus berkompromi atas imigrasi.

"Uni Eropa hanya bisa bernegosiasi jika Inggris sudah menemukan konsensus tentang bagaimana prosesnya -yang hanya akan terjadi jika politisi Inggris melakukan debat terbuka mengenai dilema Brexit," jelas Simon Tilford, deputy director Centre for European Reform.

Laporan sejumlah media menunjukkan, Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond berencana memberikan pidato resmi pada Kamis (16/6) untuk mendukung dilakukannya 'softer' Brexit, dengan menempatkan perekonomian sebelum mengontrol angka migran.

Hammond memang lebih mendukung periode transisi untuk membantu perusahaan-perusahaan Inggris beradaptasi dengan kehidupan di luar Uni Eropa.

Namun, Hammond akhirnya membatalkan rencananya pada Kamis malam, karena terjadinya kebakaran gedung apartemen di London yang telah merenggut 17 korban jiwa.

Kementerian Keuangan Inggris menyatakan, Hammond tetap berencana menyampaikan pidatonya dalam waktu dekat.

Data ekonomi Inggris

Sementara itu, data ekonomi Inggris mulai memberikan bobot ekstra pada argumen untuk pendekatan berbeda atas Brexit.

Anggaran belanja konsumen kian minim akibat kenaikan harga dan upah stagnan. Tak hanya itu, gejolak politik telah menyebabkan para pelaku bisnis menunda investasi.

Data ekonomi teranyar yang dirilis Kamis kemarin menunjukkan, terjadi penurunan penjualan ritel sebesar 1,2% pada Mei, dibandingkan dengan bulan April.

Meski masih banyak yang belum jelas, inilah yang bisa terjadi selanjutnya:

Tilford mengatakan, jika May berpegang pada pendekatan tanpa kompromi, Uni Eropa "tidak memiliki pilihan kecuali untuk menanggapinya dengan baik."

Uni Eropa bisa menuntut agar Inggris membayar tagihan keluar dimuka yang besar. Bisa juga menolak untuk memulai negosiasi mengenai hubungan perdagangan masa depan sebelum persyaratan keluar disepakati.

Jika, May mengadopsi sikap yang lebih lunak, Uni Eropa harus menggarisbawahi empat skenario untuk Inggris.

1) Mengubah pikiran Inggris dan membiarkan tetap berada di Uni Eropa
2) Tinggalkan Uni Eropa tapi bergabunglah dengan Kawasan Ekonomi Eropa (bersama Islandia, Liechtenstein dan Norwegia). Itu berarti menerima pekerja Uni Eropa.
3) Tinggalkan Uni Eropa namun bernegosiasi dengan perjanjian perdagangan bebas baru, dan masa transisi bagi ekonomi Inggris untuk menyesuaikan diri.
4) Keluar dari Uni Eropa tanpa kompromi dan menghadapi hambatan perdagangan baru.




TERBARU

[X]
×