Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Media Korea Selatan melaporkan, Rusia diduga menggunakan peluru artileri Korea Utara dalam invasinya ke Ukraina yang mungkin diproduksi pada tahun 1970an.
Melansir Business Insider, Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan mengatakan kepada kantor berita Yonhap bahwa mereka sedang meninjau laporan bahwa Korea Utara telah memasok senjata yang dibuat lima dekade lalu kepada sekutunya, Rusia.
“NIS sedang menganalisis keadaan yang relevan secara rinci dan juga terus melacak kerja sama militer secara keseluruhan antara Korea Utara dan Rusia,” kata badan mata-mata tersebut.
Ukraina, AS, dan PBB semuanya menuduh Korea Utara menyerahkan jutaan peluru dan senjata lain kepada Rusia yang digunakan dalam serangan mereka di Ukraina.
Rusia dan Ukraina menembakkan puluhan ribu peluru setiap hari.
Rusia meningkatkan jumlah peluru yang mampu diproduksi di dalam negeri untuk memenuhi permintaan. Di sisi lain, Rusia telah meminta bantuan sekutunya, Korea Utara.
Baca Juga: Vladimir Putin Rencanakan Kemajuan Pasukan Rusia di Garis Depan Ukraina
NIS, menurut laporan Yonhap, juga mengatakan bahwa mereka sedang memantau pengiriman ilegal suku cadang rudal ke Korea Utara di tengah kekhawatiran bahwa mereka akan menggunakannya untuk membuat senjata baru.
Media Korea Selatan mengutip Kementerian Pertahanan melaporkan pada Selasa (27/2/2024), Korea Utara telah mengirimkan sekitar 6.700 kontainer yang membawa jutaan amunisi ke Rusia sejak Juli untuk mendukung perangnya melawan Ukraina.
Melansir Reuters, Menteri Pertahanan Shin Won-sik mengatakan kontainer tersebut mungkin membawa lebih dari 3 juta peluru artileri 152 mm, atau 500.000 peluru 122 mm.
Ratusan pabrik amunisi Korea Utara beroperasi dengan kapasitas sekitar 30% karena kekurangan bahan baku dan listrik.
Baca Juga: Putin Copot Orang Kepercayaannya Sergei Shoigu dari Jabatan Menhan Rusia
Akan tetapi, pabrik-pabrik yang memproduksi peluru artileri untuk Rusia tetap beroperasi dengan kecepatan penuh.
Seoul dan Washington menuduh Pyongyang dan Moskow saling bertukar senjata dan mengecam Korea Utara karena memasok senjata ke Rusia untuk digunakan melawan Ukraina. Kedua negara telah membantahnya meskipun mereka berjanji untuk memperkuat kerja sama militer.