kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manufaktur China tumbuh melampaui ekspektasi


Rabu, 14 Maret 2018 / 15:21 WIB
Manufaktur China tumbuh melampaui ekspektasi
ILUSTRASI. Manufaktur China


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur China masih mencatatkan pertumbuhan hingga Februari tahun ini. Meski Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan tarif impor produk baja dan aluminium, manufaktur China diperkirakan akan tetap terkendali.

Biro Statistik Nasional China melaporkan output manufaktur pada Januari-Februari naik 7,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan analis yakni kenaikan 6,1%. Pertumbuhan produksi di awal 2018 itu juga meningkat tajam dari pencapaian Desember lalu sebesar 6,2%.

Tak hanya itu, produksi baja China juga naik dalam beberapa bulan, karena pabrik mulai menyiapkan untuk peningkatan permintaan dari sektor konstruksi di musim semi. Walaupun banyak ekonom telah mengingatkan peluang terjadinya perlambatan properti, tetapi data menunjukkan investasi properti pada Januari-Februari masih meningkat.

“Sementara risiko ketegangan perdagangan AS dan China, kami memperkirakan China akan tetap terkendali,” ujar Louis Kuijs, Kepala Ekonomi Asia di Oxford Economics seperti dikutip dari Reuters, Rabu (14/2).

Pekan lalu, data perdagangan China juga telah memberi sinyal gambaran industri yang lebih kuat. Secara tak terduga, ekspor bulan Februari berhasil melonjak pada laju tercepat dalam tiga tahun. Negeri Tirai Bambu membukukan surplus perdagangan sebesar US$ 375 miliar.

Pertumbuhan manufaktur ini terjadi bersamaan dengan merebaknya kabar Trump yang tengah mengincar US$ 60 miliar dari penerapan tarif impor China dari sektor teknologi dan telekomunikasi. Politikus Partai Republik itu berniat menghukum China karena kebijakan investasinya di sektor teknologi dianggap tidak adil. Namun, kabar tersebut masih belum mendapatkan konfirmasi dari Gedung Putih.




TERBARU

[X]
×