CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.882   -22,00   -0,14%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Perang dagang makin panas, AS membidik US$ 60 miliar dari impor produk China


Rabu, 14 Maret 2018 / 11:12 WIB
Perang dagang makin panas, AS membidik US$ 60 miliar dari impor produk China
ILUSTRASI.


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - WASHINTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membidik bea masuk US$ 60 miliar dari China. AS menargetkan sektor teknologi dan telekomunikasi sebagai penyumbang terbesar target ini.

Menurut sumber Reuters, sumber pendapatan ini terkait dengan hak kekayaan intelektual yang tercantum dalam Section 301 di bawah aturan perdagangan yang berlaku sejak Agustus tahun lalu.

Meski pendapatan bea ini terutama membidik sektor teknologi informasi, barang elektronik dan telekomunikasi, penerapannya bisa lebih luas, bahkan hingga 100 produk.

Trump membidik perusahaan-perusahaan teknologi tinggi China sebagai balasan bagi Negeri Tirai Bambu ini yang menerapkan kebijakan investasi protektif. China memaksa perusahaan-perusahaan AS untuk membeberkan teknologinya agar bisa beroperasi di negara berpenduduk terbanyak ini.

Trump juga mempertimbangkan pembatasan investasi perusahaan-perusahaan China dengan alasan keamanan nasional. Tapi, detail soal ini masih belum muncul.

Hun Quach, trade lobbyist dari Retail Industry Leaders Association mengungkapkan kekhawatiran bahwa ambisi pengenaan bea Trump ini akan meliputi sektor barang konsumer padat karya seperti pakaian, sepatu dan mainan.

"Kami tidak membicarakan tentang sweater kasmir, tapi kaus katun, jins, dan sepatu yang dipakai anak-anak ke sekolah," kata dia. Bea masuk yang lebih tinggi atas produk-produksi ini akan mempertinggi biaya hidup warga AS.

Faktor ekonomi memang menjadi alasan proteksionisme dan perang dagang AS-China. China mencatat surplus perdagangan US$ 375 miliar dengan Amerika. Angka ini setara dengan dua pertiga total defisit perdagangan AS.

Pada kampanye presiden 2016 lalu, Trump menjanjikan perlindungan para pekerja Amerika dari impor. Langkah pertama Trump adalah menarik AS dari kesepatan Trans Pacific Partnership. 

AS juga menegosiasikan ulang kesepakatan perdaganan Amerika utara (NAFTA) dengan Meksiko dan Kanada. Pekan lalu, Trump mengecualikan kedua negara dari tarif impor baja 25% dan aluminium 10%.

Langkah Trump membidik langsung China ini bisa menimbulkan efek samping. "Jika rencana ini benar, China akan membalas. Pertanyaan kuncinya adalah, apakah AS akan membalas kembali serangan balik China," kata Derek Scissors, ahli perdagangan China di American Enterprise Institute kepada Reuters.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×