kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Miliarder yang ogah meneruskan bisnis warisan (1)


Selasa, 10 Mei 2016 / 13:19 WIB
Miliarder yang ogah meneruskan bisnis warisan (1)


Reporter: Dina Farisah | Editor: Tri Adi

Lahir dalam keluarga pebisnis yang mapan tidak membuat Dirk Edward Ziff silau akan peninggalan bisnis sang ayah. Pria asal Amerika Serikat ini justru memilih membangun kerajaan bisnis sendiri. Alasannya satu, ia tidak ingin kesuksesannya karena bayang-bayang nama besar sang ayah dan kakek yang telah lebih dahulu dikenal sebagai raja media. Dirk justru memilih bisnis sektor keuangan dan menjadikannya miliarder dunia di urutan 298 versi Forbes.

Banyak miliarder dunia memupuk harta dari bisnis turun temurun alias warisan. Tapi, beda halnya dengan Dirk Edward Ziff. Miliarder asal Amerika Serikat (AS) ini justru sama sekali tidak tertarik meneruskan bisnis media yang lebih dahulu dirintis oleh sang kakek yakni Ziff Davis Inc.

Padahal perusahaan tersebut telah tersohor di bisnis pengelolaan website, media, dan data. Beberapa majalah hasil cetakan Ziff Davis Inc antara lain Car and Driver dan PC Magazine. Semula, Ziff Davis dikelola oleh ayah Dirk. Namun usai sang ayah pensiun, Dirk tidak tertarik mengelola bisnis warisan itu.

Dus, sang ayah pun terpaksa menjual perusahaannya. Sebab, saudara kandung Dirk juga menolak meneruskan bisnis Ziff Davis. Alasannya, mereka ingin lepas dari bayang-bayang kesuksesan pendahulunya dan memilih bisnis lain.

Pada tahun 1994, Ziff Davis dijual dengan harga US$ 1,4 miliar. Dari hasil penjualan perusahaan itu, Dirk dan kedua saudara kandungnya yakni Robert Ziff dan Daniel Ziff mendapat jatah yang kemudian digunakan mereka untuk membangun perusahaan sendiri.

Trio kakak beradik ini kemudian  membangun Ziff Brothers Investments. Bisnis tersebut bergerak dalam pengelolaan investasi. Ziff Brother Investment ini yang membuat pundi kekayaan Dirk membesar. Tahun ini, Forbes mencatat harta kekayaan bersih pria keturunan Yahudi Jerman ini mencapai US$ 4,8 miliar.

Berbasis di New York, Ziff Brothers Investments melayani jasa pengelolaan investasi warisan dan harta keluarga  dalam surat utang, real estate, komoditas dan manajer investasi. Selain mengandalkan kedua saudara kandungnya, Dirk juga merekrut fund manager Daniel Och yang telah berpengalaman di dunia investasi karena telah  bekerja di Goldman Sachs selama 11 tahun.

Dirk juga memiliki perusahaan aset manajemen lain yakni Och Ziff Capital Management. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1994 oleh Daniel Och dengan dukungan finansial dari keluarga Ziff. Tercatat, Och memiliki saham sebesar 10% pada perusahaan tersebut.

Och Ziff Capital Management menjadi perusahaan terbuka sejak tahun 2007 dengan nilai aset  sebesar US$ 40,6 miliar pada 2014 lalu. Hingga Mei 2016, menurut website-nya dana kelolaan telah mencapai US$ 42,0 miliar.

Yang membedakan Och Ziff Capital Management dengan Ziff Brother Investment adalah sektor jasa keuangan yang digarap. Och Ziff Capital Management khusus menggarap merger, arbitrase, restrukturisasi kredit dan investasi swasta. Perusahaan oti memiliki 400 karyawan di New York, London, Hong Kong, Mumbai dan Beijing.

Bisnis Dirk tidak hanya pada investasi dan jasa keuangan. Tapi juga merambah ke perusahaan modal ventura. Pria lulusan Havard ini memiliki perusahaan modal ventura yang mengkhususkan diri dalam pertumbuhan investasi modal. Lewat perusahaan modal ventura tersebut, Dirk berinvestasi pada perusahaan sekuritas dan swasta. Perusahaan modal ventura ini juga merambah ke negara lain. Termasuk Indonesia, India, Laos, Bangladesh, Sri Lanka, Thailand, dan Filipina.

Dirk bilang, analisa fundamental yang ketat atas risiko investasi menjadi salah satu kunci suksesnya. Selain itu, kunci sukses pria kini menetap di Palm Beach, AS, itu bukan hanya piawai menempatkan investasi kliennya.

Tapi Dirk berhasil membangun sebuah hubungan jangka panjang dengan menggugah semangat kekeluargaan. Ia yakin cara ini secara psikologis akan menarik kliennya untuk mempercayakan keuangan ke perusahaannya. Dirk membidik dana pensiun, yayasan dan wakaf dan kantor keluarga untuk menjadi investor.             

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×