kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,80   -7,56   -0.81%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pansy Ho: Pantang menyerah untuk ekspansif (2)


Jumat, 31 Juli 2015 / 15:05 WIB
Pansy Ho: Pantang menyerah untuk ekspansif (2)


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Tri Adi

Sejumlah rintangan dihadapi Pansy Ho dalam menjalankan bisnis keluarga di bidang transportasi dan properti. Toh, ia pantang menyerah. Perempuan berusia 52 tahun ini bahkan berani untuk tetap ekspansif melawan hambatan yang dihadapi. Perusahaan transportasinya, TurboJet justru malah membeli maskapai penerbangan. Padahal kala itu, Shun Tak Holdings tengah menghadapi masalah di bisnis properti. Namun, buah manis sudah dituai oleh Pansy.

Bukan anak si raja bisnis judi Stanley Ho namanya jika tidak berani bertaruh. Banyaknya rintangan ditambah lesunya bisnis kapal cepat penyeberangan TurboJET, salah satu entitas anak usaha Shun Tak Holdings, tak membuat Pansy Ho goyah. Perempuan kelahiran 26 Agustus 1962 memutuskan menempuh strategi usaha baru.

Pansy memilih mengembangkan bisnis TurboJET dengan masuk ke lini bisnis penerbangan. Strategi tersebut dianggap bisa membenahi bisnis TurboJET yang semakin tertinggal akibat persaingan usaha dan aturan tarif dari pemerintah.

Di masa krisis itu, pemimpin Shun Tak Holdings tersebut memutuskan merogoh kocek hingga US$ 66 juta untuk ekspansi usaha di sektor penerbangan. Ia membeli sepertiga saham JetStar Hong Kong pada Juni 2013.

Maskapai penerbangan murah tersebut banyak melayani jarak pendek sekitar China dan Taiwan. JetStar belum membuka jalur ke Makau.

Saat ekspansi cukup gencar di bidang transportasi, Pansy  harus menghadapi krisis di bisnis properti. Bisnis Shun Tak Holdings tersendat persoalan birokrasi dengan pemerintah setempat. Perusahaan properti milik Pansy berniat membangun real estate, pertokoan dan kantor proyek di komplek Harbour Mile. Namun, rencana ini mengendap begitu saja bertahun-tahun lamanya.

Walhasil, kemunduran pembangunan properti berpengaruh negatif pada kinerja Shun Tak Holdings. Hal serupa juga terjadi di bisnis bisnis TurboJet serta maskapai penerbangan.

Pendapatan Shun Tak di 2013 hanya US$ 461 juta dengan laba bersih US$ 181 juta atau turun 45% dari tahun sebelumnya. Kala itu, Pansy tak banyak berbicara tentang Shun Tak Holdings.

Maklum, Pansy memang dikenal sebagai pribadi tertutup dan jarang berbicara dengan pers. Dia hanya bekerja untuk membesarkan konglomerasi keluarganya.

Namun, pelan tapi pasti, entitas usaha Shun Tak Holding bangkit. Untuk mendongkrak TurboJET, Pansy membangun bandara khusus untuk membawa penumpang penerbangan melanjutkan perjalanan mereka lewat jalur laut dengan kapal cepat ke Makau.

Layanan transportasi tersambung ini bahkan memungkinkan penumpang yang transit di Hong Kong untuk membuat perjalanan udara dan laut tanpa harus melewati konter pemeriksaan bea cukai atau imigrasi.

TurboJET menawarkan total kapasitas 23 juta kursi penumpang per tahun dengan layanan keberangkatan setiap 15 menit. "Kami bekerja sama dengan lebih dari 80 maskapai penerbangan untuk memberikan keuntungan menggunakan TurboJET bersama jutaan wisatawan dunia," ujar Pansy seperti dikutip dari situs resmi TurboJET.

Terbaru, TurboJET merilis layanan kelas premium. April 2015, perusahaan ini melepas delapan kapal feri premium mengangkut penumpang kelas utama. Layanan ini menawarkan jasa porter, kabin menaruh barang bawaan penumpang, dan pemesanan tiket secara online dengan tujuan Hong Kong dan dua pelabuhan di Makau.

Sementara itu, JetStar melengkapi visi konglomerasi keluarga Pansy menyediakan jaringan transportasi udara, laut dan darat yang lengkap. JetStar Hong Kong adalah pesawat menawarkan penerbangan murah untuk layanan radius lima jam, seperti ke Jepang, China daratan, dan Korea Selatan.

Pansy terpilih menjadi pimpinan JetStar bermitra dengan dua maskapai raksasa lainnya, yakni Qantas Group dan China Eastern Airlines. Kerja keras wanita berharta US$ 4,7 miliar itu berbuah manis. Bloomberg memprediksi, pendapatan Shun Tak mencapai US$ 1,170 miliar dengan laba bersih US$ 320 juta di 2014. n

(Bersambung)




Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×