kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

179 Orang Tewas dan Ribuan Orang Dievakuasi dari Hanoi Akibat Topan Yagi


Kamis, 12 September 2024 / 18:54 WIB
179 Orang Tewas dan Ribuan Orang Dievakuasi dari Hanoi Akibat Topan Yagi
ILUSTRASI. Hanoi, ibu kota Vietnam, sedang menghadapi krisis besar akibat banjir yang mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir. REUTERS/Khanh Vu


Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hanoi, ibu kota Vietnam, sedang menghadapi krisis besar akibat banjir yang mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir. Peningkatan signifikan pada level air Sungai Merah, yang disebabkan oleh hujan deras dan dampak dari Topan Yagi, telah memaksa ribuan penduduk untuk dievakuasi dari kota tersebut.

Typhoon Yagi, yang merupakan topan terkuat di Asia tahun ini, telah menimbulkan kerusakan parah sejak mendarat pada hari Sabtu.

Topan ini membawa angin kencang dan hujan lebat saat bergerak ke arah barat, yang menyebabkan ambruknya sebuah jembatan dan menghancurkan provinsi-provinsi di sepanjang Sungai Merah, sungai terbesar di wilayah tersebut. Kejadian ini mengakibatkan setidaknya 179 orang tewas dan 145 orang hilang, menurut estimasi pemerintah pada hari Rabu.

Baca Juga: Topan Yagi Menewaskan 59 Orang di Vietnam

Tingkat Ketinggian Air yang Memprihatinkan

Mai Van Khiem, kepala biro meteorologi nasional, mengungkapkan bahwa level air di Sungai Merah di Hanoi saat ini mencapai titik tertinggi sejak tahun 2004. Peringatan dikeluarkan tentang kemungkinan banjir besar di provinsi-provinsi sekitar ibu kota dalam beberapa hari mendatang.

Situasi ini mengancam tidak hanya kota Hanoi, tetapi juga wilayah sekitarnya yang terdampak langsung.

Ribuan penduduk telah dievakuasi dari kota Hanoi sejak hari Rabu. Polisi, tentara, dan relawan bekerja sama untuk membantu warga yang tinggal di sepanjang tepi sungai untuk meninggalkan rumah mereka.

Dengan air yang terus meningkat, pejabat polisi Hanoi menyatakan bahwa mereka memeriksa setiap rumah di sepanjang sungai, menggunakan perahu dan berjalan kaki untuk memastikan evakuasi dilakukan dengan aman.

Baca Juga: Yagi, Badai Terkuat Asia, Rontokkan Infrastruktur dan Pabrik di Vietnam

“Semua warga harus meninggalkan rumah mereka,” kata seorang pejabat polisi yang tidak ingin disebutkan namanya. “Kami membawa mereka ke gedung-gedung umum yang diubah menjadi tempat penampungan sementara atau mereka bisa tinggal dengan kerabat. Hujan telah sangat deras dan air naik dengan cepat.”

Dampak Ekonomi dan Infrastruktur

Typhoon Yagi juga telah memaksa penutupan banyak pabrik dan membanjiri gudang di pusat industri yang terletak di sebelah timur Hanoi. Beberapa pabrik mungkin hanya akan memulai kembali operasi penuh setelah beberapa minggu, menurut para eksekutif.

Gangguan ini mengancam rantai pasokan global karena Vietnam merupakan lokasi penting bagi operasi multinasional.

Perusahaan listrik negara Vietnam, EVN, mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka telah memutuskan pasokan listrik di beberapa bagian ibu kota yang terkena banjir demi keselamatan.

Beberapa sekolah di Hanoi juga telah memberitahu siswa untuk tetap di rumah selama sisa minggu ini, sementara ribuan penduduk dari daerah rendah telah dievakuasi.

Baca Juga: Super Typhoon Yagi Hantam China Selatan, Sekolah Ditutup dan Penerbangan Dibatalkan

Di dekat pusat kota, Yayasan Blue Dragon Children’s Foundation terpaksa mengevakuasi kantornya pada hari Selasa setelah otoritas mengeluarkan peringatan risiko banjir. Carlota Torres Lliro, juru bicara yayasan tersebut, menyatakan kekhawatirannya untuk puluhan anak dan keluarga yang tinggal di rumah-rumah sementara di tepi sungai.

“Orang-orang bergerak dengan panik, memindahkan sepeda motor, dan merelokasi barang-barang,” kata Lliro. “Kami sangat khawatir dengan kondisi anak-anak dan keluarga yang tinggal di rumah-rumah darurat di tepi sungai.”



TERBARU

[X]
×