Sumber: The Guardian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada hari Kamis, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengonfirmasi tewasnya tiga anggota stafnya setelah serangan di wilayah Donetsk, Ukraina.
Serangan tersebut terjadi di lokasi distribusi bantuan kemanusiaan yang direncanakan, tepatnya di dekat garis depan konflik, sehingga menyebabkan tragedi yang mendalam bagi organisasi kemanusiaan tersebut.
Insiden Serangan: Korban Jiwa dan Luka-Luka
Selain tiga staf ICRC yang tewas, dua anggota lainnya mengalami luka-luka akibat serangan tersebut. ICRC, dalam pernyataannya, menjelaskan bahwa distribusi bantuan belum dimulai ketika serangan terjadi, sehingga tidak ada warga sipil yang terdampak langsung oleh ledakan.
Bantuan yang direncanakan berupa distribusi briket kayu dan batu bara bagi rumah tangga rentan di desa Viroliubivka, utara kota Donetsk, sebagai persiapan menghadapi musim dingin yang akan datang.
Baca Juga: Kremlin Benar-benar Kesal dengan Debat Donald Trump dan Kamala Harris, Kenapa?
Presiden ICRC, Mirjana Spoljaric, mengutuk keras serangan terhadap personel Palang Merah.
"Saya mengutuk serangan terhadap personel Palang Merah dengan keras. Tidak dapat diterima bahwa sebuah serangan terjadi di lokasi distribusi bantuan. Kami sangat berduka hari ini atas kehilangan kolega kami dan turut merawat mereka yang terluka. Tragedi ini membawa gelombang kesedihan yang sudah terlalu sering dialami oleh mereka yang kehilangan orang tercinta dalam konflik bersenjata," katanya.
Tuduhan dan Tanggapan Ukraina
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, dengan cepat menuduh Rusia sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, dalam pernyataannya, ICRC tidak menuduh secara langsung pihak manapun sebagai pelaku penembakan.
ICRC menggarisbawahi bahwa tim mereka secara rutin hadir di wilayah Donetsk, dan kendaraan mereka jelas diberi tanda dengan simbol Palang Merah yang diakui secara internasional. Tragedi ini terjadi di tengah peningkatan jumlah kematian pekerja kemanusiaan di seluruh dunia dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Rusia Bisa Bergabung dengan China Jika Menghadapi Ancaman AS
ICRC mendesak semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk mematuhi hukum humaniter internasional, termasuk mengambil tindakan pencegahan agar mereka yang terlibat dalam aktivitas kemanusiaan tidak menjadi sasaran atau terjebak dalam permusuhan.
Dalam pernyataannya, ICRC kembali menegaskan urgensi untuk melindungi pekerja kemanusiaan di zona konflik, menyerukan penghormatan terhadap hukum internasional yang mengatur operasi kemanusiaan.