Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Investor telah lama memuji kemampuan Warren Buffett yang tampaknya luar biasa dalam memilih saham.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip investasi tertentu secara konsisten, ia telah mengumpulkan kekayaan bersih yang diperkirakan mencapai US$ 142 miliar, per Agustus 2024.
Jadi, apa sebenarnya yang ia cari dalam sebuah saham? Berikut beberapa petunjuknya.
Pendekatan Investasi Nilai Warren Buffett
Melansir Investopedia, Warren Buffett termasuk dalam aliran investasi nilai, yang dipopulerkan oleh mentornya Benjamin Graham.
Investasi nilai berfokus pada nilai intrinsik saham tertentu, bukan pada indikator teknis, seperti rata-rata pergerakan, volume, atau momentum.
Menentukan nilai intrinsik merupakan latihan untuk memahami keuangan perusahaan, khususnya laporan resmi seperti laba dan laporan laba rugi.
Dalam melakukan investasi untuk perusahaan induknya, Berkshire Hathaway, Buffett mengikuti strategi yang telah lama dikenal dan dipublikasikan dengan baik, mencari saham perusahaan dengan daya perolehan yang konsisten, laba atas ekuitas (ROE) yang baik, dan manajemen yang cakap—dan yang juga memiliki harga yang wajar, jika tidak terlalu rendah.
Untuk membantu membimbingnya dalam mengambil keputusan ini, Buffett mengajukan beberapa pertanyaan kunci:
Baca Juga: Pesan Warren Buffett: Sebelum Masa Sulit Datang, Lakukan 5 Hal Ini
1. Bagaimana Kinerja Perusahaan?
Menurut Buffett, perusahaan yang telah memberikan laba atas ekuitas (ROE) yang andal selama bertahun-tahun lebih diinginkan daripada perusahaan yang hanya memiliki laba yang solid dalam jangka waktu singkat.
Dan semakin banyak tahun ROE yang baik, semakin baik. Untuk mengukur kinerja historis, seorang investor harus meninjau setidaknya lima hingga 10 tahun ROE perusahaan, tegasnya.
2. Berapa Banyak Utang yang Dimiliki Perusahaan?
Memiliki rasio utang terhadap ekuitas yang besar seharusnya menjadi tanda bahaya, terutama jika pertumbuhan laba bertepatan dengan penambahan utang, seperti melalui akuisisi.
Sebaliknya, Buffett lebih suka pertumbuhan laba berasal dari ekuitas pemegang saham. Perusahaan dengan ekuitas pemegang saham positif menghasilkan arus kas yang cukup untuk menutupi kewajibannya dan tidak bergantung pada utang untuk membuatnya terus tumbuh atau bertahan.
Baca Juga: Aset yang Dipilih Warren Buffett untuk Jadi Kaya Raya, Bukan Emas dan Kripto